"Dari saya kecil terowongan sudah tapi memang sudah tidak tersentuh warga selama 30-40 tahun," kata Danang Heri Subiantoro (53) warga yang menginisiasi penelusuran terowongan kepada detikcom, di lokasi, Sabtu (18/1/2020).
Danang mengatakan ide untuk menyusuri terowongan itu muncul pada 25 November 2019 lalu. Pagi itu dia lalu mengajak tetangganya Novita Setiawan alias Wawan (42) untuk mulai menengok terowongan.
Danang lalu menemui pemilik rumah yang ada di atas mulut terowongan. Tak cuma itu, dia juga browsing terkait sejarah di desanya. Ide untuk membuat desa wisata edukasi sejarah pun muncul dan ditindaklanjuti dengan bertemu tokoh masyarakat.
"Saya kasih pandangan dan warga tertarik sehingga sepekan kemudian warga kerja bakti di mulut terowongan. Sebab saya berpikir terowongan itu tidak cuma bekas saluran limbah PG Cokro tetapi juga bungker," jelas Danang.
Untuk membersihkan terowongan itu ternyata tidak mudah. Sebab, terowongan tersebut dipenuhi sedimen lumpur. Untuk membersihkan sedimen itu, mulanya tujuh warga membawa oksigen dan alat keruk merangkak ke dalam.
Sekitar 17 meter, ternyata ruangan terowongan itu makin lebar dan warga tak perlu merangkak karena bisa berdiri. Sejak itu penggalian sedimen dilakukan dengan membuka jalan melalui lubang berukuran sekitar enam meter di depan rumahnya.
"Setelah lubang tembus ternyata di dalam terowongan banyak kelelawar. Jumlahnya mungkin ribuan ekor tetapi tidak ada hewan berbisa di dalamnya," terang Danang.