Pantauan detikcom, di lokasi, Sabtu (18/1), prasasti berupa batu berwarna hitam itu masih berdiri di dalam kompleks Keraton Agung Sejagat. Batu itu juga masih dikelilingi garis batas polisi.
Salah seorang warga setempat, Sri Hartini (65) mengaku resah dengan kehadiran batu itu. Apalagi batu besar itu kerap menjadi tempat ritual para pengikut 'Raja' Toto Santoso dan 'Ratu' Fanni Aminadia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Hal senada juga disampaikan Jumeri (80). Jumeri juga menginginkan agar batu tersebut agar segera dipindahkan.
"Karena yang nyembah batu itu banyak, saya pernah lihat sendiri itu. Terus saya mikir, batu itu bisa ngasih apa kok sampai disembah-sembah gitu. Jadi kalau saya pribadi yang ingin batunya segera dipindah, karena untuk nyembah itu mas, dan sering bau tidak enak dari situ (Keraton Agung Sejagat), mungkin dari sesajinya, tapi yang jelas baunya itu menggangu sekali," kata Jumeri saat ditemui di rumahnya.
Geger Keraton Sejagat-Sunda Empire, Kepala BIN: Fenomena Lama:
Jumeri menambahkan dia juga kerap mendengar orang-orang bernyanyi dan sorak-sorak di dalam Keraton tersebut. Menurutnya, kegiatan itu berlangsung saat malam hari.
"Saya sering dengar orang nyanyi-nyanyi, jadi jam 9 malam itu nyanyi-nyanyi biasa, dan jam 10 malam sampai tengah malam itu saya dengar seperti orang ceramah dan keplok-keplok," ujarnya.
"Biasanya yang ceramah perempuan dan yang sorak-sorak itu yang laki-laki. Mrebeki (bising) lah mas pokokke," sambung Jumeri.
Namun, Jumeri menyebut kegiatan itu tidak setiap hari terjadi. Bahkan, terkadang seminggu sekali tidak ada kegiatan di Keraton tersebut.
"Kadang seminggu los (tidak ada kegiatan), kadang sampai 3 kali dalam seminggu," ucapnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini