Ternyata, 'raja' Toto Santoso mengundang mereka untuk mencairkan dana kesejahteraan dari Swiss. "Saya itu korban, saya ke sana hanya pas kirab dan sidang,"ujar Sudadi saat ditemui Sudadu di rumahnya, Desa Plumbon, Kecamatan Temon, Kulon Progo, Kamis (16/1/2020).
Sudadi mengaku datang ke Purworejo pada Minggu (12/1) karena mendapat undangan yang disampaikan seorang kenalannya ketika sama-sama aktif di Kulon Progo Development Committee (KP Dec) yang diprakarasi Toto Santoso, tahun 2014 silam. Salah seorang teman Sudadi sesama jaringan KP Dec itu menghubunginya, beberapa hari sebelum kirab dilaksanakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam undangan itu dia diminta menghadiri sidang dalam rangkaian acara untuk mencairkan dana dari Swiss, yang dijanjikan semenjak aktif dalam KP Dec. Dana itu disebutkan sangat besar. Bahkan jika dicairkan seluruhnya, bisa untuk menyejahterakan Nusantara.
Sudadi akhirnya datang ke Purworejo memenuhi undangan itu. Bukannya dana dari Swiss yang cair, saat itu justru dia diminta membayar Rp 2 juta untuk membeli baju seragam kebesaran keraton. Baju seragam itu lengkap dengan celana panjang, topi, pangkat, tanda kehormatan hingga sabuk.
![]() |
Padahal untuk berangkat ke lokasi 'keraton' di Pogung, Purworejo, Sudadi terpaksa menyewa mobil untuk berangkat bersama empat orang teman lainnya. Bahkan dia juga harus mengeluarkan dana untuk makan bersama dengan teman-temannya.
"Saya itu belum pernah mendapatkan gaji, yang ada malah rugi. Dari sewa mobil, membayar iuran dan beberapa pengeluaran lain," tutur mantan kepala desa ini.
Sudadi mengakui bukan kali ini saja diundang untuk meramaikan berbagai rangkaian kegiatan yang diprakarsai Toto. Dia pernah ikut dalam rangkaian kegiatan yang dikemas dalam budaya, mulai dari prasasti di Prambanan, Dieng, hingga mengambil batu di Bruno, Purworejo.
"Kalau ke keraton (Keraton Agung Sejagat) ya hanya itu saja," terangnya. (mbr/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini