"Itu saya tahunya dia punya komunitas di Yogya, namanya Jogja Dec. Kemudian ada kegiatan itu, tapi awalnya warga acuh karena kegiatan tidak mengganggu warga. Sejak 14 Agustus 2019 sudah ada kegiatan" kata Sumarni (56), yang tinggal berjarak beberapa meter dari 'kerajaan' kepada detikcom, Rabu (15/1/2020).
Kemudian, lanjutnya, lahan di belakang rumah itu dibersihkan. Warga mulai bertanya-tanya lokasi itu akan digunakan untuk apa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga tidak menaruh curiga sama sekali. Dia juga tidak beranggapan kegiatan mereka termasuk dalam aliran sesat.
"Tidak ada anggapan (bagian aliran sesat). Hanya komunitas untuk nguri-uri kebudayaan," bebernya.
Simak Juga "Bikin Heboh dan Meresahkan, Keraton Agung Sejagat Segera Ditutup!"
Warga mulai curiga setelah ada batu prasasti yang disebut Ibu Bumi Mataram II pada 29 Desember 2019, yang menandai berdirinya kerajaan itu. Ditambah diadakan upacara ritual dengan pakaian Jawa dan sesaji.
"Adanya batu diritualkan dengan pakaian Jawa dan sesaji tampak. Itu mengganggu, anak-anak takut. Kami di sini 100 persen muslim, sangat terganggu oleh kegiatan itu," ucapnya.
Warga semakin tambah bingung saat ada kirab budaya pada 10 Januari 2020. Kemudian tanggal 12 Januari 2020 diadakan sidang keraton.
Dia pun mempertanyakan tujuan acara tersebut dan berusaha mencari tahu dengan bertanya kepada salah seorang peserta kirab.
"Dijawab lagi tujuannya menyejahterakan warga Indonesia, bahkan dunia. Negara itu harus dipimpin kaisar supaya sejahtera dan makmur," terangnya.
'Raja dan Ratu' Keraton Agung Sejagat, Toto Santoso dan Fanni Aminadia, ditangkap pada Selasa (14/1) petang. Kini keduanya sudah berada di Mapolda Jawa Tengah, Semarang.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini