Jadi Korban Klitih, Seorang Pelajar di Bantul Tewas

Jadi Korban Klitih, Seorang Pelajar di Bantul Tewas

Pradito Rida Pertana - detikNews
Selasa, 14 Jan 2020 18:20 WIB
12 remaja diciduk terkait kasus klitih yang menewaskan pelajar Fatur Nizar Rakadio (17) di Bantul, Selasa (14/1/2020). (Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom)
Bantul - Seorang pelajar, Fatur Nizar Rakadio (17) tewas setelah menjadi korban klitih atau kejahatan jalanan di Bantul. Korban meninggal usai dirawat selama 27 hari di RSUP Dr Sardjito Yogyakarta.

"Setelah 27 hari dirawat di (RSUP Sardjito), korban meninggal dunia, tepatnya tanggal 9 Januari kemarin," kata Kapolres Bantul AKBP Wachyu Tri Budi Sulistiyono saat jumpa pers di Mapolres Bantul, Selasa (14/1/2020).

Wachyu menjelaskan kasus ini berawal saat Dio dan rekan-rekannya pulang dari berwisata di salah satu pantai di Gunungkidul, Sabtu 14 Desember 2019 siang. Ketika melintasi Jalan Panggang-Siluk, korban dan rombongannya dilempari plastik berisi cat oleh rombongan lain yang datang dari arah berlawanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pelaku pelemparan kemudian berbalik dan mengejar rombongan korban yang berkendara ke arah utara. Aksi kejar-kejaran terjadi hingga Dusun Jayan, Desa Kebonagung, Kecamatan Imogiri, Bantul.

"Sampai di depan sebuah toko besi wilayah Kebonagung, Imogiri, setang motor korban ditendang oleh pelaku dan korban terjatuh dari motor. Akibatnya, korban mengalami patah tulang leher, retak tulang punggung dan pergeseran tulang ekor," terang Wachyu.

Dio langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun, karena lukanya fatal Dio akhirnya dirujuk ke RSUP Sardjito.


Jadi Korban Klitih, Seorang Pelajar di Bantul TewasKapolres Bantul AKBP Wachyu Tri Budi Sulistiyono saat jumpa pers di Mapolres Bantul, Selasa (14/1/2020). Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Orang tua Dio kemudian melaporkan kejadian tersebut ke Polres Bantul. Hasil penyelidikan, polisi mengamankan 12 orang pada Jumat (10/1). Satu orang yang ditetapkan sebagai tersangka berinisial APS.

"Perannya APS ini yang menendang motor korban hingga korban jatuh, terluka dan meninggal dunia," ungkap Wachyu.

"Untuk 11 orang lainnya masih diperiksa sebagai saksi. Status mereka masih pelajar dengan usia 16 sampai 17 tahun, tapi ada juga yang umurnya 18 tahun, satu orang," sambung Wachyu.

Kepada polisi APS warga Dusun Botokenceng, Desa Wirokerten, Kecamatan Banguntapan, Bantul itu mengakui perbuatannya. APS dan 11 rekannya itu tergabung dalam sebuah kelompok tertentu.

"Jadi memang kelompok (pelaku) ini dari awal berencana menyiapkan cat untuk iseng mengganggu rombongan orang atau siapa yang lewat di sana (jalur Panggang-Siluk)," beber Wachyu.

"Mereka menyampaikan tidak ada geng khusus, namun ada semacam grup WhatsApp namanya 'Sedulur' di kelompok mereka itu, mungkin bisa jadi itu kelompok geng. Kemungkinan semacam geng motor, karena kendaraan mereka sebagian besar sama," lanjutnya.


Dari pengakuan APS, motif perbuatannya hanya iseng. Dia tidak mengenal korban dan rombongannya.

"Untuk motif, yang bersangkutan ini sifatnya iseng dengan membawa cat yang dikemas di kantong plastik, dengan tujuan dilempar kepada rombongan yang papasan, hingga akhirnya rombongan dikejar lalu ditendang (setang motornya)," ucapnya.

Wachyu menambahkan, polisi tetap melakukan proses hukum terhadap APS terkait kejahatan jalanan terhadap benda atau seseorang tanpa adanya motivasi yang jelas.

"Untuk tersangka disangkakan Pasal 351 ayat 3 KUHP tentang Penganiayaan yang mengakibatkan kematian orang lain, dan untuk ancamannya paling lama 7 tahun penjara," ujar Wachyu.

Di kesempatan yang sama, ibu Dio, Bidi Astuti (39) minta tersangka dihukum mati.

"Ya setimpal (hukuman terhadap Arya), seberat mungkin seperti hukuman mati. Kalau bisa nyawa dibayar nyawa," ucap Bidi dengan mata berkaca-kaca.

Bidi menyebutkan, anaknya memang pamit berwisata ke pantai. Sebelum kejadian tersebut, Dio sempat mengirimkan pesan kepadanya.

"Jadi ngumpul di sekolahan sama teman satu kelas untuk acara ke pantai. Terus jam 12.00 WIB (siang) Dio sempat WA saya kalau teman-temannya mau mampir ke rumah. Nah, setengah 3 (sore) ditelepon kakaknya kalau dia kecelakaan," ujar Bidi.


Jadi Korban Klitih, Seorang Pelajar di Bantul TewasIbu Fatur Nizar Rakadio (17), Bidi Astuti (39) di Mapolres Bantul, Selasa (14/1/2020). Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Warga Dusun Ponggok I, Desa Trimulyo, Kecamatan Jetis, Bantul ini melanjutkan, akibat kecelakaan itu anaknya mengalami luka dalam yang serius dan harus rawat inap di RSUP Sardjito.

"Terus (tanggal) 9 Januari anak saya meninggal, pas saat 27 hari dirawat di rumah sakit," imbuh Bidi.

Bidi menceritakan, anaknya tidak pernah terlibat dalam kelompok-kelompok tertentu. Anaknya hanya aktif dalam kegiatan Paskibraka di sekolah.

"Anak saya itu anteng, tidak neko-neko orangnya. Dia juga ikut kegiatan paskibraka, dan setelah ujian memang mau ke pantai sekalian latihan fisik," ucapnya.
Halaman 2 dari 3
(rih/ams)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads