"Jadi waktu hari Jumat (10/1), saya jemput anak ke sekolah. Karena anak belum keluar kelas saya nunggu sambil lihat praktik pembinaan dari Kwarcab, yang dibina adalah kelas atas," kata K lewat pesan singkat, Senin (13/1/2020).
Mulanya praktik KML itu berlangsung normal, tiba-tiba muncul seorang pembina putri yang mengajarkan tepuk Islam. Namun, di akhir tepukan itu disematkan yel-yel soal kafir.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mendengar itu, K langsung melayangkan protes ke pembina senior di SDN Timuran Kota Yogyakarta. Dia keberatan sebab materi yel-yel itu jelas mencederai kebhinekaan.
"Spontan saya protes dengan salah satu pembina senior, saya menyampaikan keberatan dengan adanya tepuk itu, karena menurut saya itu mencemari kebhinekaan pramuka. Seketika pembina senior itu menyampaikan permintaan maaf, dan berjanji menyelesaikan dengan pembina terkait," sebutnya.
K menambahkan tepuk dan yel-yel yang dia nilai rasis itu tidak terkait dengan pihak sekolah. Sebab, menurut pengalamannya selama ini tidak ada keluhan dalam kegiatan belajar-mengajar.
"Dalam hal ini sekolah sama sekali tidak tahu-menahu peristiwa ini, karena ini pembina praktik dari Kwarcab (Kota Yogyakarta) bukan sekolah, sekolah hanya ketempatan saja untuk praktik. SD N Timuran sendiri termasuk open dengan keberagaman," ujarnya.
Dihubungi terpisah, Ketua Kwartir Cabang (Kwarcab) Pramuka Kota Yogyakarta Heroe Poerwadi mengakui tepuk Islam itu diajarkan oleh salah satu peserta praktik KML di SD N Timuran. Adapun yang mengajarkannya ialah salah satu pembina pramuka dari Gunungkidul.
"Itu sebenarnya praktik dari salah satu peserta (pembina pramuka) yang berasal dari Gunungkidul. Nah, sebenarnya di microteaching, di pengajaran, dan segala macam tidak ada (materi) tentang tepuk Pramuka yang seperti itu, nggak ada," sebut Heroe.
"Nah, tiba-tiba memang peserta ini kemudian menyampaikan tepuk (Islam) seperti itu," lanjutnya.
Halaman 3 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini