12 Terduga Antraks Dirawat di RSUD Wonosari, 1 Meninggal Dunia

12 Terduga Antraks Dirawat di RSUD Wonosari, 1 Meninggal Dunia

Pradito Rida Pertana - detikNews
Jumat, 10 Jan 2020 19:04 WIB
Foto: Kabid Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Wonosari, dr. Triyani Heni Astuti (Pradito/detikcom)
Gunungkidul - Sejak Desember 2019 hingga awal tahun ini ada 12 orang yang dirawat di RSUD Wonosari, Gunungkidul, karena terindikasi antraks. Dari 12 pasien tersebut, satu orang dilaporkan meninggal dunia.

"Ada 12 yang meninggal satu. Untuk 12 itu total dari bulan Desember sampai sekarang (Januari 2019), jadi enam rawat jalan dan enam rawat inap," kata Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan RSUD Wonosari, Triyani Heni Astuti saat ditemui di RSUD Wonosari, Jumat (10/1/2020).

Ke-12 pasien itu mayoritas berasal dari Dusun Ngrejek, Desa Gombang, Kecamatan Ponjong. Selain itu ada pula pasien yang berasal dari Kecamatan Semanu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sebagian besar dari wilayah Gombang dan sekitarnya, kalau tidak salah dari Semanu juga ada. Tapi sekarang sudah pulang dan kondisinya sudah membaik, yang rawat jalan juga sudah diobati," jelas Heni.


Heni menyebut pasien yang meninggal dunia berasal dari Desa Gombang, Kecamatan Ponjong. Korban yang meninggal itu pria berusia 52 tahun.

"Untuk yang meninggal itu dari Gombang, dan saat masuk Rumah Sakit (RSUD Wonosari) bulan Desember itu kondisinya sudah parah," jelasnya.

"Jadi kondisinya sudah kaku, dan pas datang seperti orang kejang itu, seperti (terkena) meningitis dan belum sampai rawat inap. Karena itu diagnosanya (meninggal) meningitis suspect antraks," sambung Heni.


Karenanya Heni tak berani menyebut ke-12 pasien itu merupakan pasien positif antraks. Sebab, hingga saat ini hasil laboratorium belum keluar.

"Karena kepastian dari diagnosa antraks ini adalah dari hasil laboratorium darah pasien yang dikirim ke laboratorium di Bogor. Nah, ini menjadi kewenangan Dinas Kesehatan yang ambil sampel dan kirim ke Bogor, dan sampai saat ini kami belum dapat hasil itu," terangnya.

"Sehingga semua pasien yang kami rawat di sini itu adalah suspect, dengan kriteria bahwa yang pasien ini berasal dari daerah yang ada sapi mati karena diduga antraks. Kita sudah dapat informasi dari Dinkes," imbuh Heni.

Terpisah, Kepala Desa Gombang Supriyanto membenarkan satu warganya meninggal dunia pada 31 Desember 2019 lalu. Namun, dia tidak bisa memastikan warganya meninggal karena antraks.

"Ada enam orang yang dirawat di RSUD (Wonosari) dan sebagian besar sudah pulang. Untuk yang meninggal itu, sebetulnya sudah ada sakit, kan dia kerjanya di Bandung terus sakit dan pulang ke rumah (Desa Gombang). Nah, pas pulang itu sapinya mati," tutur Supriyanto.


Supriyanto menduga ada kejanggalan dengan kematian seekor sapi milik warganya yang meninggal itu. Selain itu, ada dua sapi lainnya yang ikut mati mendadak.

"Ada 3 ekor sapi yang mati mendadak pada pertengahan Desember (2019). Nah, satu disembelih dan (dagingnya) dibagi-bagikan ke warga, terus dua sapi lainnya dikubur," ucapnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul, Dewi Irawati mengaku sudah mendapatkan laporan tersebut. Saat mendapatkan laporan pihaknya juga langsung mendatangi lokasi ditemukan sapi mati mendadak.

"Karena khawatir ada terjadi penularan dari hewan ke manusia, maka kami langsung mengambil tindakan dengan langsung ke lokasi. Kemudian kami ambil sampel darah dan sampel luka kalau yang ada lukanya, kemudian sampel luka kami kirim ke BBVET Wates, dan yang serum darah kami kirim ke BBVET Bogor, karena itu belum berani mendiagnosa karena itu (antraks), karena hasil belum keluar," jelas Dewi.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads