Seorang napiter, Syam Suryadi alias Syamalik (31), mengatakan kegiatan bela negara yang dia jalani ini sangat penting. Menurutnya, bela negara perlu ditanamkan sejak dini.
"Sebenarnya bela negara cikal bakal untuk bagaimana negara kita, negara Indonesia, aman dari pemikiran-pemikiran yang selama ini yang saya pun tidak memungkiri saya pernah mengalami itu," ucapnya di sela upacara Hari Bela Negara di Lapas Permisan, Pulau Nusakambangan, Kamis (19/12/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Syam mulai masuk Lapas Nusakambangan pada 2018, tepatnya pada 10 Mei 2018. Dia tertangkap dalam jaringan ISIS dan sudah melalui proses mulai dari high risk, maksimum, sampai medium.
"Sangat, sangat, sangat jauh berbeda dari yang memang saya anggap itu sangat hitam dan saya dulu terlalu gampang untuk mengkafir-kafirkan orang. Terlalu gampang untuk men-thogut-thogut-kan orang, semakin hari semakin ke sini makin lebih terbuka lagi," jelasnya.
Hal itu tidak lepas dari penanganan khusus dari para petugas lapas dalam penanganan napiter seperti dirinya di Nusakambangan yang lebih pada seperti keluarga. Dirinya menjalani hukuman sekitar 5 tahun dan sudah berjalan hampir 2 tahun.
"Harapan ke depan untuk penanganan terhadap teman-teman saya, entah mereka yang masih berpikiran radikal, masih berideologi keras, memang penanganan lebih ke keluarga, lebih harmonis yang kaya saya alami," ucapnya.
Napiter lainnya, Edi Setiono alias Abbas (60), mengatakan, meskipun jadi warga binaan di Permisan dan tidak sebebas teman-teman yang di luar sana untuk membela tanah air, dirinya juga mempunyai kewajiban membela tanah air.
"Soal pun sejengkal tanah akan direbut oleh musuh, kita akan membelanya. Walaupun mungkin dengan doa, dengan aktivitas yang bisa membangun negeri ini," ujar napiter yang terlibat dalam jaringan bom Atrium Senen itu
Tonton juga Cerita Khairul Ghazali Melawan Stigma Negatif Napi Teroris :
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini