"Dari segi kebutuhan masyarakat, nanti menimbulkan kesenjangan yang jauh. Seolah-olah pemerintah tidak peduli penderitaan rakyat yang masih banyak yang susah. Kan bisa beli yang tidak sesensasi itu," kata Drajat.
Dia juga menyarankan agar jajaran pemerintah lebih menjalankan fungsi dan tugasnya ketimbang melakukan pencitraan. Pemerintah diminta lebih sederhana untuk menjaga keselarasan dengan rakyat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Drajat juga menilai pembelian mobil dinas seharga Rp 1,989 miliar itu bukan sebuah hedonisme, melainkan sesuatu yang sensasional.
"Orang-orang hedonisme ini memuja-muha berbagai hal yang menunjukkan kesenangan dan kelebihannya. Tapi kalau ini (Rubicon untuk bupati) saya sebut sensasional," paparnya.
Menurutnya, orang-orang saat ini memiliki pola hidup yang ingin mendapatkan perhatian. Dengan sensasi tersebut diharapkan bisa memperoleh penghormatan. "Misal mobil mewah, itu menaikkan modal simboliknya, yaitu reputasi. Kemudian mendapatkan penghargaan dan penghormatan orang yang sifatnya material," ujar dia.
Contoh lain ialah lampu-lampu kota yang gemerlap. Padahal bisa saja pemerintah memasang lampu yang cukup untuk menerangi jalan.
"Gemerlap lampu kota sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan, yang penting fungsinya. Tapi itu tetap dilakukan untuk senasi, agar diperhatikan," tegasnya. (bai/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini