Harsoyo, Sarjana yang Banting Setir dari Perhutani dan Pilih Jual Kliping

Harsoyo, Sarjana yang Banting Setir dari Perhutani dan Pilih Jual Kliping

Bayu Ardi Isnanto - detikNews
Kamis, 05 Des 2019 14:27 WIB
Harsoyo, penjual kliping di Solo. (Bayu Ardi Isnanto/detikcom)
Solo - Sosok Harsoyo (70), penjual kliping di Solo, ternyata menyandang gelar sarjana. Setelah lulus kuliah jurusan komunikasi massa, Harsoyo bekerja di Perhutani, namun memutuskan berhenti dan memilih berjualan kliping.

Harsoyo menceritakan, pada 1996 dia memutuskan berhenti bekerja di Perhutani dan melanjutkan usaha kliping bersama sang istri.

"Tahun 1984 saya dan istri mulai jualan buku bekas dan kliping ini. Buka sore sampai malam hari. Tahun 1996 saya keluar dari Perhutani dan melanjutkan usaha ini," kata Harsoyo saat ditemui detikcom di tempat jualannya di tepi Jalan Slamet Riyadi, kawasan Purwosari, Solo, Rabu (4/12/2019) malam.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Jiwa wirausaha Harsoyo sudah terlihat semasa sekolah. Dia pernah kursus elektro dan membuka jasa reparasi peralatan elektronik.

Harsoyo kuliah di bidang jurnalistik karena suka membaca dan memotret. Kemampuan di bidang fotografi juga dia manfaatkan untuk membuka jasa foto pernikahan.

"Saya orang sospol, memang suka membaca, suka memotret juga. Jadi pekerjaan ini menyenangkan," ujarnya.

Warga Jalan Parangkusumo, Sondakan, Kecamatan Laweyan, Solo, itu mengaku tetap bertahan jualan kliping selama 35 tahun ini karena bisnis tersebut masih menguntungkan. Namun dia tidak menampik keuntungannya tidak sebanyak dahulu kala.

"Kliping ini ramai pada 1984 sampai 2002. Saat itu penghasilan saya bisa lima kali lipat dari UMR. Setelah ada internet, jadi berkurang drastis," kata Harsoyo.


Sebagai modal membuat kliping, Harsoyo setiap pekan rutin mendatangkan koran bekas 1 kuintal. Dia berlangganan dari teman yang biasa mengambil koran bekas di hotel ataupun perkantoran lain.

Satu bundel kliping dia hargai Rp 50-80 ribu. Dalam sebulan Harsoyo mengantongi paling sedikit Rp 4 juta.

"Koran 1 kuintal itu Rp 700 ribu. Ditambah untuk membeli kertas-kertas buat kliping. Kalau penghasil bersih ya ada Rp 2 juta sebulan," ujarnya.

Harsoyo dan istrinya, yang kini telah meninggal, memiliki lima anak. Keduanya sukses menyekolahkan anak-anaknya sampai kuliah. Tiga di antaranya sampai S1, sisanya D3.

Bahkan, sebelum meninggal, istrinya menunaikan ibadah haji dari hasil berjualan buku bekas dan kliping tersebut tanpa tambahan uang pribadi dari Harsoyo. Dalam ibadahnya, sang istri berdoa untuk anak-anaknya.

"Doanya agar kehidupan anak-anak bisa lebih baik dari kehidupan orang tuanya. Alhamdulillah doanya terkabul. Anak saya lima sekarang kerja di Korea, Malaysia, Batam, Lombok, dan Yogyakarta," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
(bai/rih)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads