Putri sulung Manto, Desi Paulina, mengatakan ayahnya mulai mengeluhkan sakit pada perutnya sejak empat bulan lalu. Sejak saat itu Manto keluar masuk rumah sakit.
"Kemarin Sabtu (23/11) pagi kita bawa ke RS dr Oen. Kondisinya terus menurun, pukul 16.00 WIB sudah tidak ada," kata Desi di rumah duka, Kelurahan Mojo, RT 07 RW 08, Pasar Kliwon, Solo, Minggu (24/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bagi anak-anaknya, Manto adalah sosok pekerja keras dan pantang menyerah. Dalam merintis usaha sate kambing, kata Desi, Manto mengalami jatuh bangun hingga sesukses sekarang.
Berawal menjadi pegawai warung sate kambing, Manto kemudian merintis usaha sendiri sekitar tahun 1990. Saat itu dia membuka warung kecil di sekitar Pasar Kembang.
"Sempat beberapa kali pindah, akhirnya menetap di Jalan Honggowongso no 36, Solo," ujar Desi.
Selain tengkleng biasa, sumsum tulang kambing juga menjadi menu favorit di warung Sumanto. Sumsum tulang disajikan dengan bumbu rica-rica khas Manto.
Dalam sehari, warung tersebut menghabiskan 15 ekor kambing. Warung Manti kini semakin luas, bahkan telah membuka cabang di Jakarta, Semarang dan Surabaya.
"Beliau luar biasa bekerja keras, pantang menyerah. Pesan beliau, harus jujur, terus berdoa," ujar Desi.
Manto meninggal pada usia 56 tahun. Dia meninggalkan istrinya, Widiyastuti dan tiga orang anak perempuan, yakni Desi Paulina Novitasari, Yeni Tryas Savitri dan Erlina Nindi Warsiki. (bai/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini