Tarian ini menceritakan latihan keprajuritan pasukan Arya Penangsang zaman kerajaan Demak. Para pelajar, warga masyarakat maupun dari OPD dan sanggar tari, sejak pagi telah berdatangan menuju di sekitar Lapangan Drh Soepardi, Sawitan maupun sepanjang Jalan Soekarno-Hatta. Tarian soreng ini dilangsungkan usai Upacara Hari Sumpah Pemuda.
Tarian soreng dimulai dari Lapangan Drh Soepardi, kemudian diikuti penari lainnya yang berada di Jalan Soekarno-Hatta. Kostum yang dipakainya memperlihatkan sosok prajurit. Gerakan-gerakan yang dinamis mengambarkan latihan seorang prajurit dengan diiringi musik yang rancak. Mereka menari bersama-sama selam 10 menit. Tak ketinggalan para pejabat teras di Kabupaten Magelang maupun Forkompimda juga ikut menari bersama di panggung kehormatan.
![]() |
"Tarian soreng menceritakan latihan keprajuritan atau latihan perang yang itu sebenarnya adalah kesenian tidak asli dari Magelang, tetapi lebih banyak tumbuh dan berkembang di Kabupaten Magelang," kata Mul Budi Santoso, Ketua Komite Seni Budaya Nusantara, Kabupaten Magelang kepada wartawan seusai acara, Senin (28/10/2019).
Menurutnya, tarian soreng dari Kabupaten Magelang pernah tampil di Istana Negara saat peringatan 17 Agustus yang lalu. Kemudian diberikan ide-ide yang bisa mengangkat Magelang. Selain itu, tarian soreng ini nantinya akan dipatenkan menjadi kesenian milik Kabupaten Magelang.
"Kalau aslinya dari Demak karena berkaitan dengan Pasukan Arya Penangsang, tapi lebih banyak berkembang di Kabupaten Magelang. Tarian ini berkembang khususnya di lereng Merbabu, Andong dan Telomoyo," ujarnya.
Saat disinggung warga Magelang lebih suka menari soreng dengan kesenian tradisional lainnya, kata dia, semua kesenian digemari dan disenangi masyarakat Kabupaten Magelang.
"Ada satu kesenian yang memang dari musiknya, kemudian dari gerakan-gerakan, kemudian semangat dari mulai penari yang tergabung dalam ini sehingga baru pada kesempatan ini baru soreng yang diangkat," ujar dia.
![]() |
Dengan tarian soreng ini, katanya, untuk melestarikan budaya asli Indonesia dan yang berkembang sangat pesat di Magelang.
"Kalau melihat dari sejarah, kita kebetulan barometernya di Bandungrejo (Ngablak) itu dari Sanggar Warga Setuju itu 52 tahun yang lalu, tetapi sebenarnya lahirnya pasti lebih dari itu," tuturnya.
Bupati Magelang Zaenal Arifin mengatakan, tarian soreng ini sangat luar biasa karena bisa menari bersama-sama. Hal ini menunjukkan kebersamaan dan rasa persatuan.
"Insya Allah dengan modal tekad kebersamaan serta persatuan. Tarian ini berangkat dari lereng-lereng gunung, khususnya Gunung Andong, Telomoyo dan sebagainya yang coba kita angkat bisa menjadi spirit karena apapun berkepribadian dalam kebudayaan adalah satu roh dan semangat yang digelorakan pendiri bangsa," ujar Zaenal.
Salah satu penari Zela Vina dari SMPN 1 Borobudur mengaku, sebelum ikut menari bersama-sama terlebih dahulu latihan tari soreng di sekolah selama 3 minggu setiap ada pelajaran seni dan budaya.
"Saya belum pernah menari, baru kali ini. Ya tariannya gampang-gampang susah. Saya senang bisa ikut nari disini," ujarnya.
![]() |
Hal berbeda disampaikan penari soreng lainnya, Zidan (14). Ia mengaku, latihan dilangsungkan selama satu bulan dengan melihat di video.
"Ya senang banget, saya baru kali ini nari soreng. Latihan selama satu bulan setiap 2 hari sekali dengan melihat di video," katanya.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini