"Saya usulkan ada ronda jenis baru di Jawa Tengah. Bukan keamanan malam menghadapi maling, namun untuk memastikan siapa saja tetangga dan tamu di sekitar tempat tinggal masing-masing adalah orang baik-baik dan tidak bermasalah," kata Ganjar saat dihubungi wartawan, Rabu (16/10/2019).
Ganjar mengatakan kepedulian masyarakat perlu ditingkatkan terhadap siapa yang tinggal di sekitar mereka. Tokoh masyarakat atau aparat desa, lanjut Ganjar, juga harus lebih aktif.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, jika ada warga yang kurang bersosialisasi bisa didatangi untuk silaturahmi. Sehingga deteksi dini radikalisme bisa dilakukan dari sektor terkecil.
"Akan ketahuan siapa mereka, kepentingannya apa. Ini harus ditindaklanjuti, apakah didatangi, diberitahu dan dilakukan tindakan-tindakan lainnya," ujar Ganjar.
"Maka, kalau masyarakat mau membantu, tentu tugas pemerintah akan semakin mudah dan kita semua bisa hidup tanpa rasa takut. Kesadaran inilah yang sangat penting, agar masyarakat waspada pada ajaran-ajaran yang tidak pas dan bertentangan dengan Pancasila," imbuhnya.
Paham radikalisme, lanjut Ganjar, tidak hanya masuk ke masyarakat sipil, PNS dan aparat pun bisa kena. Oleh sebab itu Ganjar kembali menegaskan perlunya peran masyarakat untuk peduli dengan lingkungannya.
"Tugasnya, yok sekarang semua bergerak. Dunia pendidikan, tokoh agama, tokoh masyarakat, pemerintah, aparat penegak hukum bergerak bersama melawan paham yang mengancam kedaulatan itu. Mari kita serius dalam upaya sosialisasi, antisipasi dan melawan terorisme," pungkasnya.
Untuk diketahui dalam dua hari sejak Selasa (15/10) kemarin Densus 88 Antiteror mengamankan terduga teroris di Jawa Tengah. Densus melakukan penangkapan di Kota Semarang, Kabupaten Sukoharjo, dan Kabupaten Sragen.
Halaman 2 dari 2











































