"Luas pertanaman padi di Kabupaten Demak ada 5.481 hektare dan terjadi kekeringan seluas 1.725 hektare di 26 desa," ujar Kabid Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak Heri Wuryanto saat dihubungi detikcom, Kamis (3/10/2019).
Dari data Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak, lahan pertanaman padi tersebut meliputi tanaman padi varietas Ciherang dengan kisaran umur 45-80 HST intensitas ringan 1.507 hektare, intensitas sedang 171 hektare, intensitas berat 47 hektare, dan puso 8 hektare.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Secara rinci, Kecamatan Guntur luas lahan yang kekeringan 509 hektare dari total 1.800 hektare, Kecamatan Mranggen ada 31 hektare dari total 363 hektare, Kecamatan Wonosalam terdampak 274 hektare dari total 367 hektare.
Selain itu, Kecamatan Sayung ada 185 hektare yang kekeringan dari total 986 hektar, dan Kecamatan Wedung yang terdampak menyeluruh dari total 602 hektare.
Heri menjelaskan lahan pertanian di Kabupaten Demak bergantung dari pasokan air irigasi dari Waduk Kedungombo. Selain itu, ada beberapa yang tadah hujan, seperti di Mranggen, Guntur, Sayung, dan Karangawen.
"Kalau tidak ada pasokan air irigasi dari Kedungombo, ya dampaknya pasti kekeringan," lanjutnya.
Sebelum memasuki musim kemarau lalu, pihaknya sudah mengambil langkah dengan mendorong para petani menanam palawija.
"Kami sudah melakukan pemetaan dan sekaligus mendorong petani untuk menanam palawija," tuturnya.
Kasmijan (49), salah seorang petani dari Kecamatan Mijen, menuturkan kekeringan lahan pertanian sudah berlangsung sekitar tiga bulan.
"Iya, tiga bulan ini kering dan sulit air. Sebagian besar petani tidak bisa menanam. Kalau ada, ya palawija," paparnya.
Untuk saat ini, dirinya dan petani lain sedang menunggu kiriman air irigasi dari Waduk Kedungombo.
"Nanti bisa tanam lagi kalau Kedungombo dibuka," tandasnya.
Halaman 2 dari 2