Tentang Endri, Bocah Penjual Kue Keliling yang Ingin Bertemu Ayah

Tentang Endri, Bocah Penjual Kue Keliling yang Ingin Bertemu Ayah

Robby Bernardi - detikNews
Kamis, 03 Okt 2019 11:52 WIB
Endri, bocah penjual kue keliling di Pemalang (Robby Bernardi/detikcom)
Pemalang - Seorang bocah bernama Endriyanto Asep Sunoto (9), warga Desa Loning, Kecamatan Petarukan, Pemalang, berjualan kue keliling untuk membantu ekonomi keluarga besarnya. Seperti apa kisahnya?

Endri, panggilan akrabnya, saat ini masih duduk dibangku kelas III di SDN 2 Loning, Pemalang. Saat menemuinya di rumah, detikcom awalnya ditemui oleh kakek dan bibinya, yakni Ramblan (67) dan Ida Sunoto (40). Keduanya bergantian menceritakan kondisi Endri.

"Dia usai pulang sekolah, istirahat, sambil momong ponakan dan anak budenya sebelum berangkat jualan (kue dan gorengan)," kata Ramblan kepada detikcom, Kamis (3/10/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebenarnya Ramblan tak tega melepas Endri pergi jualan keliling. Namun tekad Endri membantu kakek-neneknya tidak bisa dicegahnya.

"Katanya dia kasihan pada simbahnya. Saya sendiri sudah tidak bisa kerja lagi karena tua dan gampang sakit," tutur Ramblan.


Ramblan menceritakan awalnya dagangan istrinya, yakni Casmiah, yang berupa gorengan dan kue, selalu tersisa. Atas permintaan Endri, kemudian kue-kue itu dijualnya dengan berkeliling desa hingga desa tetangga.

"Setelah itu keterusan. Alhamdulillah. Dibilang sedih ya sedih. Saya kasihan anak itu masih kecil," imbuh ayah dari ibu Endri ini.


Kedua orang tua Endri, yakni Asep (35) dan Wiwin Sunoto (33), bercerai sejak Endri masih bayi.

"Ayahnya ke Ciganjur dan ibunya kini di Bandung, kemudian menikah lagi dengan orang lain," imbuhnya.


Kakak Wiwin, Ida Sunoto, menambahkan, keponakannya itu dia rawat sejak masih berusia 40 hari.

Kondisi ekonomi keluarga Ida juga kekurangan. Perkawinannya kandas tujuh tahun silam. Sang suami, Edi Zulkarnen, entah ke mana, meninggalkan empat anak. Dua anak di antaranya lebih muda dari Endri.

Tidak hanya itu, hal yang sama dialami anak pertamanya, yakni Ayu Edi Susanto (19), yang diceraikan suaminya. Dua anak kembar Ayu yang masih berusia 2 tahun kini juga dirawat Ida.



"Anak saya yang pertama sudah cerai juga sama suaminya, kini merantau ke Jakarta belum ada kabarnya. Hanya titipkan si kembar ke saya," cerita Ida.

Sedangkan anak kedua Ida, Kuncoro (17), kini merantau ke Semarang bekerja serabutan.


Ida mengaku sempat bekerja sebagai asisten rumah tangga di Jakarta hingga akhirnya dia mengalami kecelakaan. Akibat kecelakaan itu, tulang kanannya bengkok sehingga dia akhirnya pulang ke Pemalang untuk berjualan nasi sarapan.

Ida juga mengaku sebenarnya tak tega membiarkan keponakannya yang masih kecil untuk jualan keliling desa. Namun kondisilah yang kemudian membuat dia harus mengiklaskannya.

"Terkadang saya menangis melihat Endri keliling. Kalau saya yang keliling, jelas nggak bisa. Si kembar cucu dan dua anak-anak saya masih kecil tidak bisa ditinggal lama," kata Ida.

Ida bercerita, keseharian Endri setelah pulang sekolah pada pukul 11.30 WIB adalah bermain dengan dua keponakan dan dua adik sepupunya. Kemudian berjualan kue keliling.


Menurut Ida, dari hasil jualan setiap hari Endri bisa membantu keluarga dengan menghasilkan uang sekitar Rp 20 ribu hingga Rp 30 Ribu. Bila hari biasa, pada siang dan sore Endri bisa menjual 100 kue dan gorengan.

"Kalau hari Minggu tiga kali (berjualan), pagi, siang, dan sore. Dia yang minta sendiri untuk kumpulkan uang katanya," tambah Ida. Kepada detikcom, Endri mengaku merasa bersyukur masih memiliki kakek-nenek dan bibi yang baik merawatnya sejak kecil.

Endri baru berangkat menjual kue pada sekitar pukul 13.30 WIB dengan membawa kue dan gorengan buatan bibi dan neneknya. Biasanya dia membawa 50 kue untuk dijual.

Setelah berjualan sekitar pukul 15.00 WIB, Endri pulang untuk beristirahat dan bermain dengan adik-adiknya. Sedangkan bibi dan neneknya kembali menyiapkan kue dan gorengan, seperti risoles, onde-onde, dan gorengan lainnya.

"Sorenya saya jualan lagi sampai jam lima. Baru itu saya mengaji dan malamnya belajar," kata Endri.

"Ya (jualan untuk) membantu Simbah. Ibu di Bandung tidak pernah pulang. Jadi saya jualan saja," lanjut Endri.

"Saya ingin ketemu Bapak," imbuhnya.

Endri mengaku sangat merindukan ayahnya. Dia hanya bisa melihat sosok ayah di foto pernikahan orang tuanya.


"Saya pernah diantar Bude ke Bandung ketemu Ibu. Kata Ibu, Ayah di kota lain (Ciganjur), tapi dicari tidak ada," tutur Endri.

Selain masih memendam keinginan bertemu dengan ayahnya, Endri juga bercita-cita menjadi polisi.

Sibuk berjualan setiap hari, lalu bagaimana prestasinya di sekolah? Guru Endri di kelas III SDN Loning, Dewi Ratna, bercerita anak didiknya itu terus mengalami kemajuan meski tidak tergolong lima besar.

"Saya wali kelas sejak dia duduk di kelas II dan kini kelas III. Bila dibandingkan dengan saat kelas II, saat ini anak itu mengalami kemajuan, termasuk daya tangkap saat pelajaran," kata Dewi.

Dia bercerita bahwa para guru pernah membelikan Endri sepatu karena yang dipakainya selama ini kondisinya rusak.

"Dia tidak pernah malu. Pernah suatu saat sepatunya rusak tetap dia pakai. Kami para gurunya tidak tega sendiri akhirnya membelikannya," kata Dewi, yang juga guru wiyata bakti, yang telah mendampingi Endri dua tahun.

Menurut Dewi, Endri merupakan anak yang berpikiran dewasa. Endri tidak pernah nakal bahkan kerap menjadi contoh bagi teman-temannya terutama terkait kemandiriannya.

Slamet Kisyadi, salah seorang tokoh masyarakat yang sekaligus perangkat desa setempat, menambahkan kondisi keluarga besar Ramblan bisa disebut kini terpuruk. Banyak warga yang bersimpati, terutama pada Endri, yang masih kecil tapi mau berjualan keliling.

"Iya, kasihan. Padahal beliau (Ramblan) dulu sukses. Pemilik warteg di Jakarta. Bahkan membangun rumah permanen yang pada zamannya sangat bagus," kata Slamet.

"Warga banyak yang simpati, terutama ke Endri. Banyak bantuan warga lain ke Endri," katanya.

Pihak desa pun rencananya akan memasukkan keluarga Ramblan sebagai penerima PKH pada tahun ini.

"Kami sudah mengusulkannya. Kalau bantuan di luar program pemerintah, sudah beberapa kali," kata Slamet.
Halaman 2 dari 4
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads