Pantauan detikcom, Kamis (26/9/2019), ribuan warga mulai berkumpul di Lapangan Ndemi, Kecamatan Imogiri, Bantul. Dengan mengenakan pakaian adat Jawa, para peserta tampak mulai melakukan kirab sembari mengarak delapan gunungan berisi hasil bumi dan tandu berisi siwur atau gayung.
Sesampai di garis finis atau Terminal Pajimatan, kompleks makam Raja-raja Imogiri, Bupati Kabupaten Bantul Suharsono menyerahkan siwur kepada kepada perwakilan abdi dalem Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta. Selanjutnya, siwur tersebut disimpan untuk dipergunakan saat nguras enceh besok pagi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Ketua pelaksana kegiatan kirab ngarak siwur ke-20, Mas Penewu Sudirjo Pranoto, menjelaskan kegiatan kirab ngarak siwur di Kecamatan Imogiri merupakan acara tahunan. Selain itu, kirab ngarak siwur kali ini telah memasuki yang ke-20 kali dalam pelaksanaannya.
"Jadi dulu itu yang mengadakan (kirab siwur) dari abdi dalem juru kunci Surakarta dan abdi dalem juru kunci Ngayogyakarta. Namun, dari masyarakat Imogiri dikemas sedemikian rupa supaya menjadi suatu pertunjukan budaya," katanya saat ditemui di Lapangan Ndemi, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Kamis (26/9/2019).
Lanjut Sudirjo, dalam pelaksanaannya, terdapat empat prosesi dalam kirab ini. Prosesi tersebut melibatkan seluruh peserta, yang terdiri atas warga, para abdi dalem dari Kasultanan Ngayogyakarta dan Kasunanan Surakarta, serta belasan bregada.
"(Prosesi) pertama adalah di start ini, kedua pengambilan siwur (gayung) di ndalem bupati juru kunci Surakarta, ketiga nanti di kabupaten juru kunci Puroloyo (Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat), dan serah-terima siwur di Terminal Pajimatan," katanya.
![]() |
"Pesertanya ada sekitar 1.000 orang. Terdiri atas abdi dalem juru kunci Surakarta, abdi dalem juru kunci Puralaya, warga Kecamatan (Imogiri) yang terdiri dari 8 desa dan 12 bregada," imbuh Sudirjo.
Mengenai makna kirab ngarak siwur sendiri, Sudirjo mengatakan kirab tersebut selalu dilaksanakan menjelang nguras enceh (gentong) yang jatuh pada pasaran Kliwon saat bulan Suro. Seperti halnya, jika pasaran Kliwon jatuh di hari Jumat, maka hari Kamis Wage akan dilaksanakan kirab, dan jika pasaran Kliwon tidak jatuh hari Jumat, maka mengambil hari Selasa Kliwon dan kirabnya dilaksanakan Senin Wage.
![]() |
Sedangkan siwur adalah gayung yang terdiri atas tiga bagian, yakni tempurung kelapa, tangkai dari sebilah kayu, dan kancing atau perekat.
"Sebenarnya siwur ini adalah alat untuk menguras enceh di pasarean Pajimatan. Enceh itu gentong, (gentong) itu untuk wudu kalau (ada orang yang) akan ke pasarean atau makam Raja-raja Imogiri. Nah, setiap Suro, enceh itu dikuras menggunakan siwur," katanya.
![]() |
Sudirjo menambahkan, selain melestarikan budaya Jawa, kirab tersebut bermaksud sebagai tontonan kepada masyarakat. Harapannya, generasi muda dapat mengenal budaya Jawa.
"Dengan dikirabkan, ini adalah suatu tontonan untuk masyarakat, tapi tontonan ini ada tatanannya, sehingga menjadi tuntunan masyarakat, khususnya generasi muda agar tahu budaya Jawa yang adiluhung itu," ujarnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini