"Yang penting saya ingin ada oposisi yang kuat, gitu aja. Oposisi yang kuat dan konstruktif, yang bisa mengawasi jalannya pemerintahan," ujar Tokoh NU sekaligus Pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng, KH. Salahuddin Wahid saat ditemui wartawan di Kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Jalan Cik Ditiro No 23, Kota Yogyakarta, Rabu (24/7/3019).
Ulama yang kerap disapa Gus Solah ini melanjutkan, oposisi berperan sebagai pengkritisi dan memfilter setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Namun, ia tidak ingin oposisi yang secara sengaja mencari-cari kesalahan Pemerintah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika para pendukung oposisi ramai-ramai pindah ke kubu pemerintah, maka kata Gus Solah, oposisi tidak akan menjadi kuat.
Gus Solah menilai tidak ada untung dan rugi menjadi oposisi. Hal itu karena baik oposisi dan pemerintah memiliki keterkaitan satu sama lain dalam membangun bangsa Indonesia.
"Kita tidak berhitung untung dan rugi ya, kita berhitung untuk kepentingan bangsa diperlukan oposisi. Orang bisa berdebat di dalam UUD 45 tidak ada (oposisi), pasti adalah, di mana-mana ada pihak yang mengkritik dan mengawasi pemerintahan yang berjalan," ucap Gus Solah. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini