Masyarakat berjalan beriringan menuju Curug Semirang, mereka membawa beraneka makanan tradisional, mulai dari, Gunungan Nasi Kuning lengkap dengan Sambel Kluban dan Kering Tempe, Lepet, Awug-awug, dan Jadah. Selain itu iringan musik rebana terlantun di sepanjang perjalanan masyarakat Desa Gogik menuju Curug Semirang.
Plt Kepala Desa Gogik, Sri Errita Haryanti menjelaskan bahwa semua makanan itu dibawa sebagai bentuk syukur masyarakat. Nantinya semua makanan itu dibagi rata usai prosesi doa bersama dan agenda bersih-bersih di sekitar Curug Semirang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dari kesekian hal yang dibawa masyarakat, pada bagian barisan tengah, seorang lelaki berperawakan besar menggeret dua ekor kambing berwarna hitam dan putih. Nantinya dua ekor kambing itu akan disembelih di Curug Semirang lalu dimasak dan dibagikan kepada seluruh masyarakat Desa Gogik.
"Ya kambing itu selalu dibawa sejak dulu kala saat upacara Met Banyu. Warnanya ya itu hitam dan putih. Nanti kambing dimasak gecok dan gulai, selain kambing kami juga menyembelih dua ayam jago berwarna hitam dan putih. Warna hitam dan putih ini sebagai perlambang bahwa dalam hidup, kita harus tegas membedakan mana hal buruk (hitam) dan mana hal baik (putih)," jelas Errita.
![]() |
Pantauan detikcom, hanya para pria saya yang memasak dan mengolah daging kambing dalam acara ini. Mulai dari usia remaja hingga lansia, mereka bergotong royong menyiapkan olahan daging kambing.
"Seluruh warga yang terlibat untuk prosesi memasak dan mengolah daging itu adalah laki-laki, hal ini berlangsung sejak dulu, filosofinya sebagai upaya warga kami untuk menghargai perempuan, bahwa ritual memasak itu juga bagian kerja dari laki-laki. Jadi prinsipnya membangun kesetaraan antara perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga,"tegas Errita.
Salah seorang warga Desa Gogik, Rochadi Madhib, mengakui bahwa tradisi Met Banyu merupakan momen yang ditunggu seluruh warga setempat.
![]() |
"Jadi kan ini pria dulu datang, dan beberapa perempuan yang membawa makanan tradisional. Nanti kalau sudah matang, ibu-ibu dari rumah datang membawa nasi. Mereka akan dibagi ke dalam kelompok yang terdiri dari 10 orang, nah nanti nasinya dijadikan satu lalu kalau sudah dapat jatah daging baru dibagi rata, daging dan nasinya," terang Rochadi.
![]() |
Dia berharap masyarakat desa dan pemerintah bisa terus berkolaborasi untuk menjaga tradisi Met Banyu. Bahkan jika diberi kepercayaan, Warga Desa Gogik siap bekerjasama untuk menjadikan tradisi Met Banyu sebagai agenda wisata budaya lokal Kabupaten Semarang.
"Curug Semirang kan sudah terkenal ya, tapi upacara ini banyak yang belum tahu. Jadi harapan kami, bisa dijadikan agenda wisata dan wisatawan akhirnya juga tahu, kalau kami memiliki tradisi menjaga kelestarian air dan alam disini, dan mereka juga akan melakukan hal yang sama dengan kami, menjaga Curug Semirang," tandas Rochadi.
Tonton Video Keong Gongso Lereng Merbabu, Ungaran:
(sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini