Dalam acara Festival Jondang ratusan warga mengarak makanan dan hasil bumi menggunakan wadah jondang atau bokor.
Jondang sendiri, adalah sebuah kotak kayu berbentuk persegi panjang. Untuk membawanya, dibuatlah lubang, sekira diameter bambu tua. Batang bambu kemudian disorongkan ke lubang itu sebagai alat pembawa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ada sekitar 60 jondang berisi makanan dan aneka hasil bumi dan sejumlah gunungan diarak menuju Masjid Wali yang berjarak sekitar 2 kilometer. Menariknya, mereka yang mengarak Jondang mengenakan pakaian adat Jawa.
Sesampainya di masjid, mereka kemudian memanjatkan doa dan selanjutnya menyantap isi jondang. Warga yang hadir terlihat sangat rukun dan guyub.
Tokoh Desa Kawak, Sugar mengatakan tradisi jondang sebenarnya sudah lama dilakukan oleh warga setempat. Dulu tidak ada acara arak-arakan jondang semeriah sekarang.
"Kalau dulu, jondang hanya satu, yang menyediakan adalah pemerintah desa saat sedekah bumi. Namun sekarang, sekitar tujuh tahun ini, jondang juga berasal dari warga," ujarnya, Kamis (4/7/2019)
Menurutnya prosesi tersebut diawali dengan doa bersama di makam leluhur pada Senin Pahing. Lalu pada hari ini Kamis Kliwon, ada arak-arakan jondang dan wayangan, sebagai puncak acaranya.
"Itu sudah tradisi dari dulu," imbuhnya.
Kepala Desa Kawak, Heri Eko Purwanto menjelaskan festival jondang merupakan wujud syukur warga atas limpahan rejeki hasil bumi.
"Jondang artinya, jodonya ngandang. Itu bukan hanya berlaku untuk jodoh macam suami istri, tapi jodoh dalam pekerjaan , kesehatan dan keselamatan warga desa. Ini juga dilakukan untuk nguri-uri budaya di sini," tandasnya.
(bgk/bgs)