"Kami berlima main game lalu dipukuli, dianiaya pakai batu, kayu, bambu, dan tangan kosong. Ini masih lecet dan memar di tangan wajah dan kepala," ungkap salah seorang korban, Sutimin (36).
Hal ini disampaikan Sutimi saat dijumpai detikcom di tempat kejadian perkara, teras warung Suwarni, Dusun Tukluk RT 2 RW 1, Desa Kerjo Lor, Kecamatan Ngadirojo, Jumat (10/5/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat itulah, lanjut Sutimin, ada puluhan orang yang tidak dikenal datang sambil menanyakan apakah dia dan rekannya termasuk anggota salah satu perguruan beladiri. Tidak berapa lama muncul rombongan lain. Tanpa banyak cakap, rombongan yang tiba belakangan langsung memukuli dia dan empat orang lainnya.
"Digebuki pakai kayu dan bambu, pakai batu juga. Dipukul dengan tangan kosong ditendang dan lainnya," jelas dia.
Sementara itu, masih cerita Sutimin, sebagian dari kawanan tersebut merusak rumah yang menjadi satu dengan warung milik Suwarni. Lambat laun aksi beringas itu mereda dan rombongan orang itu pergi begitu saja.
Diwawancara terpisah, Kapolsek Ngadirojo AKP Subroto menjelaskan bahwa selain melukai warga dan merusak rumah, para pelaku juga merusak dua motor.
"Massa juga merusak dua motor tapi tidak terlalu parah. Ini kami masih melakukan pemeriksaan korban dan saksi. Yang jelas suasana Ngadirojo sudah kondusif," tegas Kapolsek.
Diberitakan sebelumnya, bentrok massa perguruan beladiri di Wonogiri mengakibatkan Kasatreskrim Polres Wonogiri AKP Aditya Mulya Ramdhani luka parah dan dirawat intensif di rumah sakit. Sedikitnya lima rumah warga di Kecamatan Ngadirojo ikut rusak dalam peristiwa itu.
Selain itu, pimpinan dua perguruan beladiri yang terlibat konflik tersebut juga sudah dipertemukan di Mapolresta Surakarta, Kamis (9/5/). Kedua kubu, yakni Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) dan Persaudaraan Setia Hati Winongo (PSHW) telah berdialog untuk menenangkan massa. Pertemuan yang diikuti Kapolda Jawa Tengah, Irjen (Pol) Rycko Amelza Dahniel, dan Kapolres Wonogiri, AKBP Uri Nartanti, itu digelar tertutup.
Kedua ketua umum (ketum) pun mengimbau agar anggotanya menyudahi konflik ini. Ketum Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT), R Murjoko Hadiwijoyo, mengimbau anggotanya untuk tidak turun ke jalan.
"Dilarang melakukan perbuatan balas dendam, anarkis dan perbuatan lain yang melanggar hukum. PSHT menyerahkan sepenuhnya masalah tersebut kepada aparat penegak hukum," ujar Murjoko.
Senada dengan itu, Ketum Persaudaraan Setia Hati Winongo (PSHW), R Agus Wiyono Santoso, juga mengimbau kepada anggotanya agar tidak turun ke jalan. "Saudaraku di manapun Anda berada, peristiwa yang terjadi ini jangan terulang lagi. Ini yang terakhir kali," katanya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini