Hashim Sebut UGM Kehabisan Guru Besar Sastra Jawa, Begini Kata Dekan FIB

Hashim Sebut UGM Kehabisan Guru Besar Sastra Jawa, Begini Kata Dekan FIB

Usman Hadi - detikNews
Rabu, 03 Apr 2019 12:38 WIB
Universitas Gadjah Mada (UGM). Foto: Bagus Kurniawan/detikcom
Yogyakarta - Direktur Komunikasi dan Media BPN Prabowo-Sandi, Hashim Djojohadikusumo, menyebut guru besar Sastra Jawa di Universitas Gadjah Mada (UGM) menipis. Satu-satunya guru besar Sastra Jawa akan pensiun pertengahan tahun ini.

Dekan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Wening Udasmoro, membenarkan ucapan adik kandung Capres Prabowo Subianto itu. Adapun satu-satunya guru besar Sastra Jawa di FIB UGM yakni Prof Dr Marsono SU yang mengajar di Prodi Sastra Jawa.

"Iya, memang guru besar yang Sastra Jawa itu tinggal satu. Meskipun ya kita sebetulnya (FIB UGM) punya banyak calon yang bisa menjadi guru besar," ucap Wening saat dihubungi detikcom, Rabu (3/4/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Dengan scopus sebagai prasyarat (menjadi guru besar) itu kan memang menjadi sulit bagi teman-teman sosial humaniora. Karena kan kalau (ilmu) sosial... Di scopus itu kan lebih cenderung ke science ya," sambungnya.

Pemerintah memang mendorong akademisi termasuk guru besar mempublikasikan karya ilmiahnya di jurnal internasional yang bereputasi. Seperti di jurnal terindeks scopus atau jurnal terindeks web of science.

Wening mengatakan, sebenarnya banyak akademisi Sastra Jawa di UGM layak menyandang gelar guru besar. Namun karena adanya persyaratan untuk menerbitkan karya di jurnal internasional terindeks, banyak di antaranya yang mengalami kesulitan.


"Kalau tidak punya itu (artikel terpublikasi di jurnal internasional terindeks) tidak bisa jadi guru besar. Lha kalau tidak ada (ketentuan) itu sudah dulu-dulu sudah jadi guru besar. Nggak cuma di Sastra Jawa," tuturnya.

Menurut Wening, menjadi guru besar di bidang studi sosial humaniora sangat sulit karena diwajibkan menulis karya ilmiah di jurnal internasional terindeks. Meski begitu, pihaknya berjanji untuk terus bekerja keras .

"Itu mungkin tahun depan ya 2020-an (ada pengganti Prof Marsono). Kan kita juga bekerja keras ini. Kita bekerja keras melakukan program-program. Misalnya program-program penulisan, kita mengundang editor dari jurnal-jurnal terkemuka," tutupnya. (ush/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads