OTK yang Acak-acak Masjid di Banyumas Juga Lempari Rumah Pengasuh TPA

OTK yang Acak-acak Masjid di Banyumas Juga Lempari Rumah Pengasuh TPA

Arbi Anugrah - detikNews
Kamis, 21 Mar 2019 15:46 WIB
Masjid Daarussalam, Banyumas. Foto: Arbi Anugrah/detikcom
Banyumas - Selain masjid diacak-acak, kitab dibuang dan pepohonan ditebangi, orang tak dikenal juga melempari batu rumah kiai pengasuh TPA Daarussalam, Kiai Abdul Majid. Berikut ini cerita Kiai Abdul Majid terkait kejadian itu.

Kyai Abdul Majid, bercerita kejadian tersebut terjadi pada dini hari tadi sekitar pukul 04.15 WIB.

"Antara jam 4.15 WIB saya dengar suara seperti lemparan batu, lalu saya bangunin istri karena saya kira itu kejadian alam, dan tidak punya prasangka yang apa-apa. Setelah bangun lantas saya suruh keluar, saat mau keluar ada suara lagi duar, setelah itu saya berpikir ini orang tidak baik lantas saya buka pintu dan saya tengok kanan kiri tidak ada apapun," jelasnya, Kamis (21/3/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abdul Majid kemdian keluar dan melihat ada batu besar yang mengenai keramik rumahnya hingga pecah. Namun dia tidak melihat ada orang lain di sekitar rumahnya saat itu. Dirinya kemudian melanjutkan aktivitasnya usai mendengar azan subuh.

"Setelah keluar itu ada adzan subuh, saya ambil wudu dan berangkat ke masjid. Sampai di masjid kok ada sandal di pengimaman dan juga ada karpet yang diletakkan di jalan. Saat itu saya masih berpikiran mungkin orang gila," jelasnya.


Namun usai salat subuh, dirinya dikagetkan dengan laporan dari anak didiknya saat hendak mengambil kitab untuk mengaji usai salat subuh. Dia melihat jika kitab-kitab tersebut berada di dalam sumur di belakang TPA, termasuk papan tulis, jam dinding hingga meja mengaji.

"Habis salat subuh biasanya saya ngaji sama anak-anak, lalu ada anak murid saya yang nengok ke pendidikan. Kitab yang saya dulu ngaji puluhan tahun dibuang di sumur, semua dimaksukkan ke sumur," jelasnya.

Dia mengatakan jika kitab-kitab yang berjumlah sekitar 50 lebih itu merupakan kitab-kitab kajian, seperti pendidikan akhlak, pendidikan kebangsaan, bernegara dan bermasyarakat.

"Padahal kajian kitab itu adalah pendidikan akhlak, pendidikan berbangsa dan bernegara serta bermasyarakat dibuang ke sumur semua. Ini kenapa terjadi di tempat masjid dan tempat pendidikan. Itu banyak ada 50 an Lebih, ada Alquran juga dan ada yang dikotorin. itu hanya di satu tempat. Di sumur itu saja," jelasnya.


"(Apakah) Alquran di sumur kita kurang tahu juga, cuma rata-rata kitab kitab klasik untuk pendidikan seperti kitab kuning," ujarnya.

Dia berpikir jika apa yang dikatakan oleh orang tidak dikenal tersebut bukan karena permasalahan SARA, Ras atau Agama. Bukan pula permasalahan partai, caleg ataupun masalah pemilihan presiden.

"Saya berpikir ini bukan masalah hal SARA, bukan masalah Ras, bukan masalah agama, bukan masalah partai, bukan masalah hal caleg atau apapun dan bukan masalah presiden. Tapi orang yang melakukan orang yang tidak mempunyai akhlak dan tidak mempunyai moral dan orang yang tidak mempunyai agama serta tidak memegang asas Pancasila," jelasnya.

Dalam kesempatan ini, Abdul Majid merasa selama ini tidak pernah ada masalah, semua baik-baik saja hidup berdampingan dan berkehidupan dengan baik bersama masyarakat sekitar. (arb/sip)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads