Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengatakan hal tersebut saat meninjau pembangunan PLTSa di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Jebres, Solo, Kamis (14/2/2019).
Bambang menilai penerapan teknologi plasma gasifikasi menjadi pembeda dengan proyek PLTSa di tempat lain. Sebab metode ini memungkinkan pengolahan energi tanpa menyisakan emisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk pengoperasian awal, PLTSa akan menghasilkan listrik sebesar 5 megawatt. Diharapkan PLTSa akan segera dikembangkan hingga menghasilkan 10 megawatt.
"Mudah-mudahan ini bisa diterapkan di daerah lain. Karena di daerah lain masih mengeluarkan emisi dan ada tipping fee. Sedangkan Solo sudah menyelesaikan itu," ujar dia.
Bambang mengatakan pembangunan hijau semacam inilah yang bakal terus dikembangkan. Menurutnya, ke depan tidak boleh ada lagi pertentangan antara pertumbuhan ekonomi dengan pelestarian lingkungan hidup.
"Dulu aktivis lingkungan mengatakan pertumbuhan ekonomi itu akan merusak lingkungan. Sedangkan yang dari pihak yang fokus pada pertumbuhan ekonomi mengatakan pelestarian lingkungan bisa menghambat pertumbuhan ekonomi. Sekarang tidak boleh ada statement seperti itu," ujar dia.
Bambang mengimbau agar pemerintah daerah segera memasukkan program pembangunan rendah karbon itu ke dalam perencanaan daerah.
"Yang penting harus bisa menjaga luas hutan jangan sampai ada pengurangan hutan, bahkan kalau perlu sudah mulai dilakukan penghutanan kembali. Kemudian untuk meningkatkan produksi pertanian, mulai fokus pada produktivitas, bukan perluasan lahan, jadi tidak merusak lingkungan," tutupnya.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini