Buku Ajar Tulis NU 'Organisasi Radikal', Gus Yusuf: Kemendikbud Lalai

Buku Ajar Tulis NU 'Organisasi Radikal', Gus Yusuf: Kemendikbud Lalai

Eko Susanto - detikNews
Kamis, 07 Feb 2019 15:35 WIB
KH Muhammad Yusuf Chudlori. Foto: Eko Susanto/detikcom
Magelang - Dengan munculnya buku ajar yang menuliskan NU 'organisasi radikal', Kemendikbud diminta untuk lebih selektif dan hati-hati. Hal tersebut disampaikan pengasuh pondok pesantren Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang, KH Muhammad Yusuf Chudlori.

"Alhamdulillah perkembangan terakhir kan dari Kemendikbud sudah bersedia menarik, tetapi menurut saya tidak cukup. Artinya ini harus menjadi catatan tebal bagi Kemendikbud agar betul-betul selektif, betul-betul selektif dalam menerbitkan buku-buku pelajaran bagi anak didik," kata KH Muhammad Yusuf Chudlori yang biasa dipanggil Gus Yusuf.

Hal ini disampaikan Gus Yusuf kepada wartawan saat menghadiri acara Kirab Budaya Dharma Warta di Padepokan Gunung Tidar di Jalan Potrosaran Magelang, Kamis (7/2/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya hal ini menjadi pelajaran bagi semua pihak, terutama Kemendikbud RI. Dia meminta Kemendikbud untuk selektif dalam menentukan muatan dalam buku ajar.

"Mana muatan-muatan yang membahayakan persatuan kesatuan harus betul-betul dihindarkan. Karena ini bukti bahwa Kemendikbud lalai dalam hal ini, jadi tidak cukup hanya ditarik dan minta maaf, tetapi harus ada komitmen ke depan agar lebih selektif dan hati-hati," tegas Gus Yusuf.


Penulisan dalam buku ajar yang menyebutkan NU sebagai 'organisari radikal', katanya, berdampak langsung terhadap anak-anak didik yang notabene masih usia anak-anak. Penulisan tersebut, kata Gus Yusuf, telah memutarbalikan fakta terhadap keberadaan NU.

"NU yang selama ini ikut mendirikan republik ini, NU yang selama ini menjadi garda terdepan menjaga kebhinnekaan, NU yang menjadi garda terdepan untuk menjaga kesejukkan, situasi yang kondusif, NU yang ramah, tiba-tiba di situ ditulis NU menjadi bagian dari organisasi radikal," kata dia.


"Itu di anak-anak didik langsung dicerna mentah-mentah, lha ini yang berbahaya. Akhirnya, anak-anak didik kita tidak percaya kepada organisasi-organisasi yang betul-betul mengakar, betul-betul ikut melahirkan Republik Indonesia ini, justru malah larut kepada, ya mohon maaf organisasi baru-baru yang nggak jelas NKRI-nya, itu lho. Ini yang bahayanya, sangat merugikan," kata Gus Yusuf. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads