Berdasarkan pengamatan detikcom, jalan tersebut putus terseret tanah longsor sekitar 30 meter. Hanya beberapa warga yang berani melewati jalan tersebut dengan sepeda motor. Sebab, patahan ini terjadi di jalan tanjakan.
"Sempat ada yang jatuh di jalan itu karena nekat tetap lewat," kata Kepala Desa Asinan, Enin Murwantiti, Jumat (1/2/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disampaikan, jalan tersebut putus akibat tanah longsor sejak 2017 lalu. Padahal, jalan kabupaten ini menjadi jalur utama akses warga setiap harinya. "Ini rusaknya sudah sejak 2017 lalu, tetapi sampai sekarang belum diperbaiki," tuturnya.
Ia mengaku sudah melaporkan hal tersebut kepada pemerintah kabupaten. Hanya, menurut kajian BMKG, jalan tersebut berada di tanah labil. Sehingga tidak memungkinkan untuk dibangun kembali.
"Tetapi, bagaimanapun harusnya di sini kan ada warganya minimal dibuatkan jalur alternatif agar tidak mengganggu aktivitas warga," ujarnya.
Putus sejak 2017, tidak dibangun lagi. (Foto: Uje Hartono/detikcom) |
Saat ini, yang terdampak adalah akses kesehatan, pendidikan dan ekonomi. Misalnya, guru di SD Asian banyak yang berasal dari luar desa. Selain itu, kebutuhan pokok dan material pun menjadi lebih mahal.
"Naiknya sekitar 50 persen dari sebelumnya. Dan untuk guru-guru juga kesulitan saat melewat jalur tersebut," terangnya.
Enin menuturkan, warga bisa memutar lewat jalur lainnya. Namun, selain lebih jauh sekitar 30 menit jalan tersebut juga rusak. Sehingga menyulitkan warga terutama untuk akses kesehatan.
"Kalau membawa orang sakit, ibu hamil memutar karena terlalu beresiko kalau lewat jalur yang putus itu," paparnya. (mbr/mbr)












































Putus sejak 2017, tidak dibangun lagi. (Foto: Uje Hartono/detikcom)