Sultan HB X Minta Warga Yogya Memahami Kemajemukan

Sultan HB X Minta Warga Yogya Memahami Kemajemukan

Usman Hadi - detikNews
Kamis, 20 Des 2018 14:03 WIB
Tugu Yogyakarta (Foto: Ristu Hanafi/detikcom)
Yogyakarta - Gubernur DIY yang juga Raja Keraton Yogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X, meminta masyarakat Yogyakarta memahami kemajemukan. Dia berharap kemajemukan dapat menjadi kekuatan bermasyarakat, bukan menjadi kelemahan.

"Baik bagi warga Yogya asli maupun pendatang harus bisa memahami bahwa kemajemukan harus menjadi kekuatan, bukan kelemahan yang bisa dicabik-cabik," ujar Sultan dalam konferensi pers di Balai Kota Yogyakarta, Kamis (20/12/2018).

Pernyataan Sultan ini menyusul insiden pemotongan nisan salib saat prosesi pemakaman warga Katolik di Makam Jambon Yogyakarta, Senin (17/12) lalu. Atas insiden ini Sultan juga sudah meminta maaf secara terbuka dan menyesalkan tindakan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Saya atas nama mereka semua (warga), sekali lagi menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Baik kepada Bu Slamet dan seluruh keluarga maupun juga kepada Paroki Pringgolayan yang mungkin agak terganggu dengan kejadian itu," ujarnya.

Sultan berharap kelak insiden pemotongan nisan salib tak terulang lagi. Menurutnya, agar kasus ini tak terulang diperlukan wisdom atau kebijaksanaan dalam menyikapi realita perbedaan yang ada di masyarakat.

"Kita perlu wisdom, perlu bijak, berpikir jauh. Ini pengalaman yang baik bagi kita semua di dalam menjaga toleransi. Tapi tetap Yogyakarta punya komitmen bagaimana toleransi itu tetap menjadi bagian yang harus kita pertahankan," tegasnya.


Selanjutnya, Sultan menyinggung proses berdirinya Negara Indonesia. Menurutnya, dasar Negara Indonesia sejak diproklamamirkan tanggal 17 Agustus 1945 silam adalah kebersamaan, tidak ada pembedaan suku, ras, maupun agama.

"Karena kita, bangsa ini diproklamasikan 17 Agustus 45 dasarnya adalah kebersamaan dari semua suku, agama yang ada di republik ini. Menyatakan diri merdeka sebagai bangsa Indonesia, yang dimulai dari Sumpah Pemuda," ungkapnya.

"Sehingga Pancasila pun bunyinya persatuan Indonesia, bukan kesatuan Indonesia. Berarti persatuan itu mesti lebih dari satu, kan gitu. Jadi komitmen ini kita pegang, karena Yogya sudah menjadi bagian dari Republik Indonesia," tutupnya. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads