Daerah-daerah tersebut tercantum dalam data daerah rawan bencana Kabupaten Boyolali 2018 yang diperlihatkan Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Purwanto kepada wartawan, Jumat (16/11/2018).
Kemudian daerah rawan longsor antara lain Kecamatan Selo, Ampel, Cepogo, Musuk, Simo, Klego dan Kemusuk. Kecamatan Selo, Ampel, Cepogo dan Musuk berada di lereng Gunung Merapi dan Merbabu. Sedangkan Kecamatan Simo, Klego dan Kemusu rawan longsor karena merupakan tanah labil atau tanah gerak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dari data tersebut, daerah yang paling rawan longsor yakni Kecamatan Selo dan Cepogo. Dari 10 desa di Kecamatan Selo, 9 diantaranya dipetakan daerah rawan longsor. Sementara di Kecamatan Cepogo, sebanyak 15 desa di wilayah tersebut seluruhnya masuk kategori rawan longsor.
"Untuk daerah rawan longsor untuk juga diperhatikan kalau ada retakan-retakan tanah," imbaunya.
![]() |
"Retakan tanah itu termasuk yang rawan longsor, termasuk gerakan tanah. Yang perlu diwaspadai yang (Kecamatan) Klego dan Kemusu, yang tanah gerak. Termasuk daerah Gunung Madu (Simo) juga diwaspadai. Nek (kalayu) sampai mlotrok (tanahnya) kan bawah lempung," jelas Purwanto.
Detikcom kemudian mendatangi wilayah Dukuh Songgobumi, Desa Mriyan, Kecamatan Musuk.
"Kalau hujan deras ya khawatir, mulai was-was kalau terjadi longsor. Maka, kami tidur di ruangan lain yang jauh dari galengan (tebing)," kata Widianto, salah seorang warga Dukuh Songgobumi, Desa Mriyan, Kecamatan Musuk, Boyolali Jumat (16/11/2018).
Hal tersebut untuk mengantisipasi jika terjadi longsor yang menimpa rumahnya. Dukuh di Desa Mriyan, Kecamatan Musuk tersebut termasuk salah satu wilayah yang rawan longsor. Berada di lereng Gunung Bibi atau Gunung Merapi sisi timur.
![]() |
Perkampungan itu berada di lereng bukti dengan tingkat kemiringan cukup curam. Antara rumah yang satu dengan tetangganya dipisahkan dengan galengan atau tebing pekarangan yang tinggi dan hampir tegak lurus. Bahkan, ada yang tingginya melebihi atap rumah di bawahnya. Rata-rata antara galengan dengan bangunan rumah pun hanya berjarak sekitar 1,5 hingga 2 meter saja.
"Iya, rumahnya kan mepet-mepet (dengan galengan)," jelasnya.
Sehingga jika tebing pekarangan tetangganya longsor, akan menimpa bangunan rumah di bawahnya. Kejadian tanah longsor yang menimpa rumah penduduk di Boyolali, rata-rata juga karena terkena longsoran dari pekarangan di sampingnya.
Tak hanya itu, warga di dukuh tersebut juga khawatir jalan satu-satunya menuju kampungnya tertutup longsor. Pasalnya, jalan itu menyusuri lereng jurang yang dalam.
Memasuki musim penghujan, sejumlah bencana alam mengancam warga Boyolali. Antara lain, angin ribut, tanah longsor dan banjir. Hampir seluruh wilayah di Kota Susu itu, termasuk saerah rawan bencana angin kencang. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini