4 Remaja Kudus Ini Sulap Tanaman Liar Jadi Permen Berkhasiat

4 Remaja Kudus Ini Sulap Tanaman Liar Jadi Permen Berkhasiat

Akrom Hazami - detikNews
Rabu, 31 Okt 2018 17:23 WIB
Siswa MA Nahdlatul Ulama (NU) Nurul Ulum Kudus. Foto: Akrom Hazami/detikcom
Kudus - Empat siswa Madrasah Aliyah (MA) di Kudus mengolah tanaman liar menjadi sirup dan permen berkhasiat. Tanaman liar yang mereka olah yakni anting-anting (achalypha indica).

Para siswa MA Nahdlatul Ulama (NU) Nurul Ulum, Desa/Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus yaitu Adelita Pratiwi, Naeilir Rohmah, Nurul Lailiyah, dan Moh Alwi Sihabuddin. Mereka mengolah tanaman liar anting-anting yang banyak ditemui di sekitar lingkungan mereka.

"Sering lihat tanaman anting-anting di sekitar sekolahan. Dan tidak ada yang memanfaatkan. Dianggap rumput liar, kemudian kami teliti, ternyata di dalam akar (tanaman) banyak sekali manfaatnya," kata Adelita saat ditemui wartawan di ruang laboratorium biologi di sekolahnya, Jalan Kauman Nomor 7 Jekulo, Kudus, Rabu (31/10/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa khasiatnya yaitu menurunkan kadar asam urat, kolesterol, mengatasi gangguan pencernaan, mengatasi mual hingga mengembalikan stamina tubuh.

Kemudian, dia dan temannya mengolah tanaman liar jadi sirup, permen, sama simpisia (akar kering), dan keripik. Beberapa macam olahan ini sengaja dibuat sesuai dengan selera anak muda.

Adelita mengatakan, asam urat saat ini tidak hanya menyerang orang dewasa, tapi juga remaja. Sedangkan biasanya remaja tidak suka dengan makanan atau minuman yang berbau obat.

"Supaya banyak varian (olahan) yang bisa dipilih," tambah Adelita.


Adapun untuk pembuatan lima varian, tim butuh waktu hingga tiga hari untuk mengolahnya. Seperti olahan permen, kata dia, membutuhkan waktu paling lama untuk proses pengeringan.

Tiap produk dijual dengan harga berbeda. Misalnya permen dijual Rp 10 ribu, sirup Rp 10 ribu, kapsul Rp 8 ribu, simplisia Rp 11 ribu, keripik 80 gram Rp 17 ribu, keripik ukuran 30 gram Rp 9 ribu.

Sejauh ini, tim ini menjual produk olahan dari tanaman anting-anting ini hanya di lingkungan sekolah. Sebab penjualan produk membutuhkan izin yang memakan waktu hampir 6 bulan.

"Sambil jalan, kita masih produksi," tambahnya.


Adelita juga menceritakan bahwa timnya meminta guru-gurunya yang memiliki riwayat asam urat dan kolesterol agar mencoba produk olahan tanaman anting-anting yang mereka buat.

Selama lima hari mengonsumsi produk olahan tanaman anting-anting, kata Adelita, kadar asam urat dan kolesterol para gurunya turun.

Kepala MA NU Nurul Ulum HM Jazuli menambahkan, pihak sekolah sangat mengapresiasi kreasi dan inovasi para muridnya ini. Tim ini juga telah menjadi juara pertama di Lomba Kreasi dan Inovasi tingkat Kabupaten Kudus tahun 2018 kategori pelajar/mahasiswa.

"Serta mengikutkannya dalam pameran di Sragen beberapa waktu lalu. Sekolah sangat mendukung kreativitas siswa. Khususnya fasilitas dan yang terkait lainnya. Bahkan ibu dan bapak guru adalah pihak pertama yang mencoba produk siswa itu," ujarnya.

Dia berharap, karya siswanya ini akan jadi pemacu untuk adik kelas untuk berkarya. Dia juga berharap pemerintah ikut mendukung dengan fasilitas agar karya anak didiknya bisa ikut berlaga di tingkat yang lebih tinggi.

Jazuli mengungkapkan, sekolahnya juga mendapatkan pendampingan dari Universitas Diponegoro Semarang. Menurutnya, produk kreativitas siswanya ini juga mengikuti perkembangan zaman seperti permen, keripik dan lainnya. (sip/sip)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads