Tuwuh Cahyono (43), warga RT.3 RW.5 Jetis, Hargomulyo, Gedangsari, Gunungkidul mengatakan, bahwa untuk mendapatkan air bersih ia bersama anggota keluarganya harus mengambil air dari Sungai yang notabennya menampung sedikit air. Karenanya, Tuwuh harus datang sepagi mungkin agar kebagian air.
"Kemarau tahun ini lebih lama dari pada tahun lalu dan membuat kami kekurangan air (bersih)," katanya saat ditemui detikcom di kediamannya RT 3 RW 5 Jetis, Hargomulyo, Gedangsari, Gunungkidul, Jumat (19/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tuwuh melanjutnya, untuk mengambil air perlu beberapa kali bolak-balik dari rumahnya ke sungai agar dirasa cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Nantinya, air yang diambil ia prioritaskan untuk anak-anaknya mandi.
"Untuk minum dan mandi, tapi lebih mempriortitaskan anak-anak biar bisa mandi, kalau saya mandi sehari sekali saja cukup," ucapnya sembari menunggu droping air dari BPBD Gunungkidul.
Disinggung mengenai dampak musim kemarau terhadap pertanian, diakuinya bahwa banyak warga yang beralih untuk menjadi peternak daripada menggarap sawah.
"Ya kalau nggak bertani warga ternak sapi dan cari pakan (rumput) di Klaten," ucapnya.
Senada dengan Tuwuh, Yahmini (29), warga Jetis, Hargomulyo, Gedangsari, Gunungkidul juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Bahkan, karena harus mengantre untuk mendapatkan air, Yahmini turut melibatkan anaknya untuk mengambil air di cekungan sungai.
"Karena sulit air ya harus mengantre pagi-pagi di sungai untuk mencuci. Kadang dibantu anak-anak juga untuk mengambil air," katanya saat ditemui di Jetis, Hargomulyo, Gedangsari, Gunungkidul.
Yahmini juga bercerita kadang dia harus berbagi seember air dengan anak-anaknya untuk mandi.
![]() |
"Untuk mandi sekali saja sudah alhamdulillah, biasanya hanya satu ember (ukuran sedang) untuk mandi. Kadang juga dibagi-bagi biar dapat semua," ujarnya.
Karenanya, ia mengharapkan pihak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gunungkidul untuk rutin melakukan droping air. Mengingat ia bersama warga lainnya kesulitan mendapatkan air bersih.
"Harapannya ya droping air bisa rutin karena kami memang membutuhkan, dan semoga cepat turun hujan juga," katanya.
Diwawancara terpisah, Kepala Pelaksana BPDB Kabupaten Gunungkidul, Edy Basuki membenarkan bahwa sebagian besar Kecamatan di Gunungkidul dilanda kekeringan karena musim kemarau.
"Ada 15 kecamatan yang mulai kekeringan dan perlu dropping air," katanya saat ditemui di Kantor BPBD Kabupaten Gunungkidul.
"Yang 15 Kecamatan itu adalah Kecamatan Panggang, Girisubo, Tepus, Nglipar, Paliyan, Purwosari, Rongkop, Tanjungsari, Ngawen, Ponjong, Saptosari, Patuk, Semanu, Semin dan Gedangsari," imbuhnya.
Menurutnya, untuk tiga Kecamatan yakni Kecamatan Wonosari, Playen dan Karangmojo tidak kekurangan air bersih. Namun, karena ke-15 kecamatan itu membutuhkan air bersih maka pihaknya telah mengupayakan untuk melakukan droping air bersih ke daerah yang membutuhkan secara berkala.
"Untuk droping (air) setiap hari ada 24 rit," ujarnya.
Diakuinya setiap kecamatan memang telah dianggarkan untuk mendapat droping air bersih. Namun karena anggaran tersebut terbatas maka pihaknya tetap melakukan droping air hingga pekan pertama bulan November.
"Untuk (Kecamatan) Gedangsari minggu ini habis, dan seperti Kecamatan Tepus, Purwosari, Girisubo, Paliyan, Panggang habis pertengahan bulan ini. Karena itu tetap kami droping sampai awal November," katanya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini