Makna Sedekah Laut Bagi Nelayan di Pantai Baru, Bantul

Makna Sedekah Laut Bagi Nelayan di Pantai Baru, Bantul

Pradito Rida Pertana - detikNews
Selasa, 16 Okt 2018 17:28 WIB
Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom
Bantul - Para nelayan di kawasan Pandansimo dan Pantai Baru, Bantul sudah sejak lama menggelar tradisi sedekah laut. Namun pada hari Jumat (12/10/2018) malam lalu, ada sekelompok orang dengan mengenakan penutup wajah yang merusak persiapan sedekah laut di Pantai Baru, Ngentak, Desa Poncosari, Kecamatan Srandakan, Bantul.

Kelompok tersebut mengklaim bahwa acara tersebut bertentangan dengan salah satu agama sehingga tidak perlu diadakan. Beberapa tempat ada yang dirusak meski tidak menimbulkan korban jiwa.

Padahal, acara yang sarat akan nilai budaya itu tidak bisa dipisahkan dari kehidupan masyarakat, khususnya di Indonesia. Salah satunya adalah acara sedekah laut yang kerap diadakan para nelayan di seluruh pesisir pulau Jawa.
Makna Sedekah Laut Bagi Nelayan di Pantai Baru, BantulFoto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Bagi masyarakat sekitar Pantai Baru, kegiatan seperti itu juga rutin diadakan tiap tahun. Masyarakat pun menggelar acara itu tanpa ada yang mengusiknya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suwarjo (64), warga Ngentak, Poncosari, Srandakan, Bantul pun menjelaskan makna dan sejarah sedekah laut.

Menurutnya di pedukuhan Ngentak memiliki dua tradisi yang digelar setiap tahun yakni majemukan atau merti dusun dan sedekah laut. Merti dusun sendiri digelar sebagai rasa syukur usai panen raya dan biasanya diadakan sebelum bulan Agustus.

Sedangkan dua bulan kemudian, tepatnya saat mangsa kapat atau merunut secara nasional pada bulan 10 barulah diadakan acara sedekah laut oleh para nelayan di seluruh pesisir sebagai wujud rasa syukur atas pemberian rezeki dari Tuhan kepada para nelayan. Sedekah laut merupakan tradisi turun temurun yang dilaksanakan setiap tahunnya oleh para nelayan, tak terkecuali nelayan di Pantai Baru.

Diungkapkannya bahwa ia tidak tahu secara pasti kapan tradisi itu dimulai, namun dikatakannya bahwa sedekah laut sudah ada sejak zaman kakek moyangnya terdahulu.

"Semuanya (Merti dusun dan sedekah laut) adalah wujud bersyukur kami kepada Tuhan yang Maha Esa atas karunianya sehingga nelayan diberi keselamatan saat mencari ikan dan diberi rezeki untuk menghidupi keluarganya," katanya kepada detikcom, Selasa (16/10/2018).

Disinggung mengenai keterkaitannya dengan agama, Pria yang juga Ketua RT.01 Ngentak, Poncosari, Srandakan, Bantul ini menjelaskan bahwa dalam sedekah laut terdapat beberapa rangkaian dan salah satunya diawali dengan doa bersama sebelum hari H pelaksanaan. Sehingga bisa dikatakan bahwa sedekah laut yang dilakukan bukan mengarah kepada paham tertentu.

"Tapi sering dianggap orang awam musyrik, padahal budaya itu nggak bisa dikaitkan dengan agama. Niat dan tujuannya bersyukur (Kepada Tuhan), tapi bersyukur dengan caranya sendiri-sendiri," ucapnya.

"Seperti makan bersama-sama dan mengadakan wayangan biar guyub. Karena menurut (Agama) Islam kan kita harus perbanyak silaturahim dan bersyukur. Mungkin caranya beda tapi tujuannya sama," imbuhnya.
Makna Sedekah Laut Bagi Nelayan di Pantai Baru, BantulFoto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Ia melanjutkan yang dilakukan oleh seluruh warga Ngentak untuk berkumpul bersama-sama dan memanjatkan doa kepada Tuhan. Selain itu, dalam doa bersama warga juga mendoakan arwah para pendahulu.

"Doanya secara agama Islam. Harapannya dengan doa bisa dapat rejeki yang halal serta diberi keselamatan," ujarnya.

Pagi harinya, warga mulai menyiapkan hasil bumi yang selanjutnya akan dilarung ke laut. Hasil bumi tersebut diwadahi dengan ancak hingga berjumlah 30 atau 33 buah. Nantinya, pelarungan ancak itu dilakukan menggunakan perahu kecil untuk menuju ke tengah laut.

"Itu (Larung hasil bumi) jadi seperti ngesahke rangkaian acara yang bersyukur, dan sudah tradisi turun temurun seperti itu. Kalau yang utama ya acara tahlilnya itu," katanya.
Makna Sedekah Laut Bagi Nelayan di Pantai Baru, BantulFoto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Setelah melarung, barulah dilakukan acara makan bersama dari hasil laut yang diberikan Tuhan. Hasil laut adalah ikan dan nasi gurih dengan suwiran ayam yang diwadahi takir. Dalam pelaksanannya, takir-takir tersebut dibagi-bagikan ke seluruh warga dan pengunjung Pantai Baru sebagai wujud rasa syukur terhadap Tuhan atas pemberiannya.

"Namanya kembul bujana (makan bersama) dari hasil laut. Semua itu (sedekah laut) sudah tradisi kami agar (warga) berkumpul serta wujud bersyukur kami," ucapnya.

Ditambahkannya, bahwa budaya dan agama memang harus dipisahkan. Namun, berkaca pada zaman dulu antara budaya dan agama memiliki keterkaitan, khususnya menjadi gerbang masuk persebaran agama Islam di Indonesia. Karenanya, ia mengharapkan masyarakat awam tidak menilai acara kebudayaan sebagai hal yang musyrik dan syirik.

"Islam masuk (ke Indonesia) kan pakai budaya juga, karena itu budaya harus diuri-uri (dilestarikan)," pungkasnya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads