Ketua Pusat Pengkajian Islam dan Budaya Jawa (PPIBJ) UIN Walisongo, Anasom, mengatakan tindakan frontal dengan pembubaran sudah jelas salah dari sisi manapun.
"Kalau kita mau mengarahkan ya bukan membubarkan. Mendampingi mereka, tidak frontal. Tidak boleh seperti itu, walau jengkel, mereka (pelaksana acara sedekah laut) tetap harus dihormati," kata Anasom kepada detikcom, Selasa (16/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekarang yang ada kan event budaya, isinya pengajian dan berdoa. Merubahnya jadi seperti itu tidak gampang, kok malah didekati dengan frontal," ujarnya.
Bahkan dalam ajaran Islam disebutkan jika ingin berdakwah, lakukanlah dengan lembut. Jika yang dilakukan justru kasar dan frontal, maka hasilnya akan berbalik.
"Al Quran sudah ingatkan kalau kita kasar, mereka justru lari, itu di Al Quran. Jadi harus dengan lembut. Dengan lembut saja belum tentu kena," pungkasnya.
Selain pembubaran di Bantul, spanduk penolakan sedekah laut juga tersebar di Cilacap. Hal itu, menurut Anasom, juga tidak tepat karena jika ingin berdakwah maka datangi dengan lembut.
"Spanduk-spanduk memunculkan pertentangan. Kalau mau masuk ya cara dakwah. Dekati, rayu, sadarkan. Tapi sedekah laut sekarang sudah banyak berubah seperti masa lalu. Jadi langkah-langkah mereka kurang tepat, kalau mau berdakwah ya cara yang baik," jelasnya.
Anasom tidak menampik masih ada sedekah laut yang dilakukan dengan kepercayaan orang-orang dulu walau hanya beberapa. Namun tetap saja mereka harus dihormati dan jika mau diingatkan harus dengan baik.
"Tidak bisa kita selalu melihat dalam fiqih. Kalau dakwah ya dakwah. Dakwah itu melihat orang berproses menuju Islam. Kadang masih ada yang perlu di luruskan, tapi tidak dengan frontal," tandasnya. (alg/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini