Selain memberikan sambutan, kehadiran Ma'ruf juga untuk menutup acara Jogja Halal Festival yang sudah berlangsung selama 4 hari. Dalam sambutannya, Ma'ruf sempat melontarkan canda kepada para peserta dan pengunjung Jogja Halal Festival.
"Ini bukan kampanye ya, saya ini calon wakil presiden tapi kampanyenya tidak di sini, saya kasih tahu saja, nanti ada tempatnya (kampanye Pilpres). Di sini saya kampanye halal," kata Ma'ruf yang disambut tawa dan tepuk tangan dari sebagian peserta dan pengunjung Jogja Halal Festival, Minggu (14/10/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ma'ruf kemudian mengajak kepada masyarakat muslim untuk menjadikan halal sebagai jalan dan gaya hidup sehari-hari. "Saya ingin mengajak agar halal ini menjadi apa ya, kehidupan kita. Halal is my life," ajak Ma'ruf.
Dipaparkannya, produk-produk di Indonesia saat ini terdapat 15-20 persen yang bersertifikat halal. Ma'ruf menyebut setelah tahun 2019 ditarget produk halal sudah mencapai 80-100 persen.
"Agar Indonesia tidak hanya menjadi konsumen, tidak hanya menjadi pasar produk halal, tapi kita harus menjadi produsen, yaitu halal kita harus bisa dipasarkan ke seluruh dunia. Karena itu pemerintah akan membentuk pelabuhan halal, halal port, supaya tidak bercampur dengan yang tidak halal," ujarnya
![]() |
Ma'ruf juga menyebut pemerintah akan bentuk area industri halal, di antaranya di Banten dan Sidoarjo. "Bukan hanya food saja, tapi juga fashion," kata Ma'ruf.
Ma'ruf juga menyampaikan saat ini bidang keuangan dan perbankan sudah memakai dual sistem, konvensional dan syariah. Artinya, lanjut Ma'ruf, bagi masyarakat halal bukan hanya sebatas makanan, tapi juga bagaimana memperoleh penghidupan dari sektor keuangan dan jasa.
"Bahkan sudah ada undang-undangnya, UU perbankan syariah, UU surat berharga syariah, pasar modal syariah, karena itu mari kita kembangkan ekonomi syariah di Indonesia,"imbuh Ma'ruf.
"Tapi sayang pangsa pasar perbankan syariah masih rendah, antara 5-8 persen. Mana umat mayoritas yang potensial marketnya besar, kenyataannya masih rendah. Ke mana para kiainya, ulamanya, apa masih konvensional belum syariah, ustadznya mana," sambungnya. (mbr/mbr)