Pada ritual jamasan, ada hal yang unik yaitu air sisa jamasan yang selalu jadi rebutan warga. Bahkan warga yang berebut sempat mendorong pagar pembatas yang dipasang demi mendapatkan air sisa jamasan. Ratusan warga yang berebut banyak juga dari luar DIY.
Warga membawa botol air mineral, gayung, ember untuk mengambil air. Terlihat banyak yang langsung mengguyurkan air sisa jamasan ke badan. Ada pula yang menggunakan untuk cuci muka.
![]() |
"Airnya saya bawa pulang, untuk tanaman untuk lancar rejeki. Doanya tetap pada Tuhan, tapi ini sebagai lantaran (pengantar)," kata Nitiharjo (55), warga Wonosobo Jawa Tengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya guyurkan ke badan biar sehat. Bisa juga untuk pertanian,"katanya.
Pada prosesi ini ada 2 kereta pusaka keraton yang di jamas yakni Kereta Kanjeng Nyai Jimat yaitu kereta yang pernah digunakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I. Kereta Kanjeng Nyai Jimat sebagai kereta utama yang selalu dijamas setiap tahun. Kereta kedua adalah sebagai kereta pendamping yaitu kereta Kanjeng Kyai Harsunaba. Untuk kereta pendamping setiap tahunya selalu berganti-ganti.
![]() |
"Jamasan kereta pusaka dilaksanakan setiap bulan Muharam pada hari Selasa Kliwon atau Jumat Kliwon. Yang utama adalah Kanjeng Nyai Jimat kemudian yang satu adalah pendherek atau pengikut yang tiap tahun berganti-ganti,"kata abdi dalem Kraton, Wedono Roto Diwiryo di Museum Keraton Yogyakarta.
Untuk melakukan jamasan ada beberapa bahan yang digunakan jeruk nipis, air kembang, minyak kelapa dan kain untuk ngepel. Para abdi dalem terlihat sangat berhati-hati saat melakukan pembersihan. Sebelum jamasan, juga ada ritual-ritual seperti tirakatan.
Simak Juga 'Kisah Meriam Mistis Pusaka Keraton Sanggau':
(bgs/bgs)