Keberadaan payung-payung itu sendiri adalah dalam rangka Festival Payung Indonesia (FPI) ke-5.
Tahun ini, Candi Borobudur terpilih sebagai lokasi diselenggarakannya even tahunan tersebut. Hal itu tidak lepas dari keberadaan relief lalita vistara di candi yang menggambarkan tentang payung pada abad ke-8.
"Ibu dari segala payung itu Candi Borobudur. Itu tergambar dalam relief lalita vistara," ujar Direktur Payung Indonesia, Heru Prasetya, Sabtu (8/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"FPI ini digelar untuk menggairahkan kembali seni payung di Indonesia. Bahwa payung itu bukan hanya merupakan alat pelindung namun juga memiliki filosofi kehidupan yang mendalam," terang Heru.
Selain itu, festival payung juga menjadi langkah pelestarian desa-desa payung yang nyaris punah. Seperti di Klaten, Banyumas, Malang dan lainnya.
"Kami ingin mengajak masyarakat merayakan kembali kejayaan seni payung," katanya.
Saat ini, lanjut Heru, perkembangan seni payung sudah semakin bergeliat. Jika dulu payung dipakai hanya ketika upacara kelahiran, kematian dan upacara adat masyarakat tertentu, kini berkembang menjadi properti desain interior, wisata dan kebutuhan lainnya.
Dalam festival yang berlangsung Jumat-Minggu (7-9 September 2018) itu, juga dihadirkan komunitas-komunitas kreatif yang bisa mengembangkan karya payung lebih kekinian.
Selain pameran payung, para pengunjung akan diberikan suguhan hiburan menarik lain yang berjumlah sekitar 80 kegiatan. Antara lain fashion show, workshop, seni musik dan tari tradisional dari berbagai daerah di Indonesia dan negara pendukung, aneka kuliner tradisional, dan sebagainya.
"Seluruhnya memakai payung sebagai media utamanya, ini sebuah perayaan payung untuk sejuta ekspresi," kata Heru.
![]() |
Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Jawa Tengah Urip Sihabudin, mendukung penuh kegiata FPI ini, sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kunjungan wisatawan ke Jawa Tengah.
"FPI ini adalah salah satu event terbesar di Jateng, dalam waktu dekat ada Festival Karimunjawa dan Sangiran. Belum lama ini ada Festival Dieng. Semakin banyak event makan sektor pariwisata meningkat di Jateng," jelasnya.
Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kementerian Pariwisata, Esthy Reko Astuty, menambahkan, adanya festival ini dapat membangun kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat dalam menghidupkan dan mengoptimalkan kawasan wisata Borobudur.
"Selain itu kami berharap adanya festival ini dapat menumbuhkan kreativitas dan ekonomi masyarakat lokal sekaligus peningkatan kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Borobudur," ujar Esthy (bgs/bgs)