Baik di akun Twitter maupun Instagram, Ganjar kerap memposting hasil kerja atau sekedar kegiatannya sehari-hari. Apapun yang dipostingnya, Ganjar mengaku ada saja komentar miring bahkan dengan kata-kata kotor.
"Setiap hal positif selalu ada yang nyinyir. Nah, nyinyirisme itu dari kebencian, mungkin dari kurang ngopi dan silaturahmi," kata Ganjar dengan nada santai saat berbincang dengan detikcom, Selasa (4/9/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Contoh di foto saya dengan Mas Sandi, kita baik, saya hormat dengannya. Ada yang ngomong setelah salama dengan Ganjar cuci tangan, najis. Ya Allah," ujar Ganjar sambil mengelus dada.
Saat itu Ganjar berusaha menelusuri akun yang berkomentar itu. Akun dengan foto perempuan tersebut sempat dikontak Ganjar untuk dimintai nomor telepon. Hal itu karena Ganjar penasaran kenapa bisa muncul komentar itu.
"Kalau boleh, saya datangi bener, saya cium tangan dia, apa benar dia sejahat itu. Tapi apa iya benar orangnya yang ada di profil itu," kata Ganjar.
Ganjar mengaku tidak sering mengomentari komentar nyinyir, tapi menurutnya komentar sejenis itu sangat mengganggu dan bisa memicu perpecahan. Apalagi netizen yang berkomentar nyinyir kerap sembunyi di balik akun palsu.
"Kadang waktu mengomentari akun bodong, saya dimarahi folowers saya, 'Pak itu jangan dikomentari'. Sebenarnya saya ingin tunjukkan ada orang akunnya palsu nyinyir, dia tidak bertanggungjawab, pengecut, kasar, aneh, harus dibasmi, harus dilawan, maka orang waras-orang waras itu bermedsoslah," ujarnya.
Media Sosial memang identik dengan kierja Ganjar sebagai Gubernur Jawa Tengah. Ganjar memanfaatkan medsos untuk berkomunikasi dengan rakyatnya. Tidak jarang warga mengadu atau sekedar curhat kepada Ganjar lewat medsos.
"Saya juga punya batas toleransi untuk menjawab orang nyinyir. Kalau dibalas sekali dua kali masih nyinyir, tinggalkan, dia mungkin tidak bahagia, kurang ngopi, utange akeh, haha.. netizen," tandas Ganjar. (alg/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini