"Sejak tanggal 18 Agustus (2018) sampai hari ini masih menunjukkan pertumbuhannya. Kubah Merapi masih tumbuh sebagai pengejawantahan daripada erupsi efusif yang terjadi," kata staf ahli geologi gunung api BPPTKG Yogyakarta, Dewi Sri, saat menghadiri gladi evakuasi erupsi Merapi di lapangan Desa Sruni, Musuk, Boyolali, Rabu (5/9/2018).
Dijelaskannya, kubah baru tersebut dari magma di perut bumi yang bergerak keluar menjadi bebatuan. Sejak tumbuh kubah baru itu maka gunung Merapi mulai mengalami erupsi magmatik. "Pertumbuhan kubah terus kita pantau," ujarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pertumbuhan kubah dengan berkisar 4.000 hingga 4.500 meter kubik per hari disebutnya masih rendah. Berdasarkan catatan, letusan tahun 1992 hingga 2006, pertumbuhan kubah itu masih jauh di bawah 20.000 meter kubik per hari.
"Sekarang ini pertumbuhan kubah ini materialnya masih 4.000, 5.000, paling besarnya 6.000 (meter kubik per hari). Itu kan masih di bawah yang dulu," jelasnya.
Tentang luasan kubah baru di puncak Merapi, Dewi menyebutkan saat ini masih berkembang dan masih tumbuh. Pertumbuhan kubah tersebut sejuah ini telah mengisi rekahan-rekahan di kawah Merapi akibat letusan-letusan freatik sebelumnya.
"Sementara telah mengisi rekahan yang bagian atas yang ada di arah utara. Yang arah utara dan selatan ini kan diisi, kalau terjadi pertumbuhan kubah, mengisi ke semua," katanya.
Material kubah baru tersebut disebutnya dalam kondisinya masih stabil karena volume material pertumbuhan kubah itu yang rendah. "Insyaallah sejauh ini masih stabil," lanjutnya.
Saksikan juga video 'Erupsi Gunung Merapi Sebabkan Hujan Abu di Boyolali':
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini