Cara tak biasa dilakukan warga di Dusun Legundi, Planjan, Saptosari, Gunungkidul. Mereka memanfaatkan air yang tiba-tiba keluar dari air valve atau katup udara pipa PDAM yang ada di dusun tersebut.
Caranya warga memasang selang air di katub udara yang mengeluarkan air. Setelah itu, warga yang membawa ember, jeriken, atau wadah penampungan air lainnya antre untuk mengambil air tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Semalam air dari lubang itu (katup udara) keluar. Ya lumayan bisa dimanfaatkan, mumpung keluar airnya," kata perempuan yang bekerja sebagai buruh tani ini kepada wartawan di lokasi, Senin (20/8/2018).
Menurutnya, hampir lima bulan terakhir warga kesulitan air bersih. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari biasanya warga membeli air dari pihak swasta. Hargannya dianggap mahal oleh warga, yakni berkisar Rp 150 ribu per tangkinya.
Oleh karenanya, bocoran air dari katub udara pipa PDAM tersebut dianggap berkah oleh warga. Mereka nekat mengambil air tersebut meski kualitasnya buruk karena terdapat endapan zat kapur di dalamnya.
"Lha gimana lagi, mubazir kan kalau air bocoran (kutub udara pipa PDAM) terbuang. Kan airnya masih bisa dipakai buat mencuci, masak, minum. Kan (zat kapurnya) masih bisa disaring," tuturnya.
Dukuh Legundi, Supriyatno menuturkan, terdapat beberapa titik bocoran air dari pipa PDAM yang kerap dimanfaatkan warga. Satu titik berada di dekat Dusun Wuluh, satu titik di RT 5 (Planjan), dan satu titik di Dusun Legundi.
Supriyatno mengakui, memang air PDAM sudah masuk ke wilayah Dusun Legundi. Namun karena keterbatasan ekonomi, baru 12 kepala keluarga (KK) dari 145 KK yang berlangganan air dari PDAM.
"Sebenarnya kami sudah berupaya meminta bantuan (droping air bersih) dari kecamatan, namun tidak diberi. Kami juga mengajukan permohonan droping ke BPBD dan sudah dikirim beberapa kali," pungkas dia. (bgs/bgk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini