Desa Watukuro, Kecamatan Purwodadi yang terletak di ujung selatan Kabupaten Purworejo dan berbatasan langsung dengan wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) ini diambil dari nama raja dari kerajaan Mataram Hindu sekitar abad 9 M. Nama tersebut diambil untuk mengingat kejayaan kerajaan mataram hindu yang saat itu dipimpin oleh raja Dyah Balitung Watukuro.
"Selain itu, dipercaya bahwa raja Dyah Balitung Watukuro juga lahir di desa ini," kata Suroso (56) Tokoh Masyarakat desa setempat ketika ditemui detikcom di Balaidesa, Selasa (24/7/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Salah satu bukti sejarah yang hingga saat ini diyakini masyarakat setempat dan masih ada adalah makam raja Dyah Balitung. Setelah dibangun dan diperbagus pada tahun lalu, rencananya tempat tersebut akan dijadikan sebagai tempat wisata religi.
"Dulu bentuknya hanya tumpukan batu bata yang besar-besar itu, tapi sekarang direhab dan dikasih batu nisan. Diyakini memang makam tersebut merupakan makam raja Dyah Balitung," lanjutnya.
Bukti sejarah lain yang masih ada di tempat itu adalah sebuah batu berbentuk bulat panjang yang terletak di dasar muara, pertemuan antara sungai Bogowonto dan sungai Lereng. Batu tersebut dipercaya sebagai tanda adanya peradaban Mataram Hindu di wilayah tersebut.
![]() |
"Kalau airnya surut kelihatan, tapi kalau pas pasang kayak gini ya nggak kelihatan batunya. Selain batu itu, juga ada gundukan tanah yang diyakini bahwa dulunya di tempat tersebut merupakan pusat pemerintahan," imbuh Suroso.
Sementara itu, Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Sudibyo Prawiro Atmojo menuturkan bahwa di daerah yang tertata sejak abad ke-9 tersebut banyak ditemukan benda peninggalan peradaban Hindu seperti lingga dan yoni. Kini benda-benda tersebut berada di museum Tosan Aji Purworejo.
"Pasti, sini dulu wilayah Mataram hindu. Benda-benda peninggalan seperti lingga dan yoni dulu banyak ditemukan di wilayah ini dan sekarang sudah dibawa ke museum tosan aji," ungkap Sudibyo setelah mengisi acara Diskusi Budaya Watukuro di Balaidesa Watukuro, Selasa (24/7/2018) sore.
Sudibyo yang juga seorang filolog itu menambahkan bahwa prasasti asli dari Watukuro saat ini berada di Copenhagen, Denmark. Hingga sekarang para ahli masih bertanya-tanya kenapa prasasti tersebut bisa berada di negara itu.
"Nah itu, sampai sekarang para ahli sejarah dan arkeolog juga masih bertanya-tanya dulunya itu kenapa apa sebabnya kok bisa sampai sana. Yang pasti itu memang dari Watukuro sini," lanjut Sudibyo.
"Dulu tempat ini merupakan bukti kejayaan mataram hindu, saya harap masyarakat setempat dan didukung oleh pemerintah bisa bangkit dan mencontoh kejayaan itu," pungkasnya. (bgs/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini