Ratusan warga nampak menyaksikan jalanya prosesi Tumplak Wajik. Tumplak Wajik diawali setelah putri pertama Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Mangkubumi keluar dari kompleks keraton bersama para abdi dalem dan diirinigi gejlok lesung oleh para abdi dalem laki-laki. GKR Mangkubumi dan para abdi dalem membawa uba rampe untuk pelaksanaan tumplak wajik.
GKR Mangkubumi dan para abdi dalem kemudian masuk disalah satu sudut disisi barat Magangan. Setelah itu kemudian dilakukan doa bersama-sama. Setelah selesai didoakan kemudian wajik yang terbuat dari beras ketan ditumpahkan ke sebuah rangkaian gunungan. Sementara diluar, para abdi dalem membunyikan gejlok lesung sebagai simbol untuk mengusir hal-hal yang buruk.
![]() |
Setelah prosesi selesai, para abdi dalem kemudian mengoleskan Dlingo Bengle yaitu parutan empon-empon berwarna kuning. Warga yang berada diluar banyak yang meminta agar bisa mendapatkan Dlingo Bengle yang juga dioleskan disejumlah bagian tubuhnya. Mereka percaya hal ini bisa menyembuhkan penyakit dan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, GKR Mangkubumi menjelaskan bahwa tradisi Tumpak Wajik ini untuk persiapan gunungan Grebeg. Inti dari upacara ini adalah memohon keselamatan dan kelancaran pada saat upacara Grebeg Syawal yang akan digelar pada hari Jumat tanggal 15 Juni.
"Gunungan ini ungkapan syukur telah diberi keselamatan, kesehatan dan diberi semuanya oleh Gusti Allah," kata GKR Mangkubumi di Magangan Kraton Yogyakarta.
Pada Grebeg Syawal nantinya akan ada 7 gunungan yang dikeluarkan oleh Kraton Yogyakarta. Gunungan tersebut akan dibawa ke Masjid Gede Kauman Yogyakarta ada 5 buah dan 1 gunugnan dibawa ke Kepatihan di kantor Gubernur DIY dan 1 lagi dibawa ke Puro Pakualaman Yogyakarta. (bgs/bgk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini