Konflik antara warga dengan kepala dukuh setempat, Haris Zulkarnaen, telah bergulir sejak delapan bulan lalu. Sebagian besar warga tidak puas dengan hasil tes kepala dukuh. Buntutnya mereka menolak dicoklit petugas dan mengancam golput jika kepala dukuh tidak diganti.
Selain memasang spanduk mengancam golput, warga juga memasang kertas menolak kedatangan Pantarlih yang hendak melakukan coklit.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya kira oknum mungkin, bukan pemilik rumah," ujarnya.
Haris Zulkarnaen. (Foto: Ristu Hanafi/detikcom) |
"Mau dipakai atau tidak, itu hak pribadi. Mungkin nanti tugasan KPU untuk sosialisasi," ujarnya.
Menyangkut tuntutan warga agar dia mundur dari jabatan dukuh, Haris mengaku masih siap mengemban amanah. Jika warga menolak dia menjadi dukuh, lanjutnya, bisa disampaikan sesuai aturan, bukan dengan berdemo.
"Sudah saya sampaikan, saya terpilih melalui proses sesuai aturan, sudah disumpah dan dilantik, insyaallah saya masih bertahan menjalankan ketugasan saya. Kalau tidak pernah bersosialisasi, sejak saya jadi dukuh sudah ada penolakan sejak awal. Untuk diajak bahas pembangunan, warga, tokoh masyarakat yang menolak saya datangi, tapi belum ada respon," tandasnya. (mbr/mbr)












































Haris Zulkarnaen. (Foto: Ristu Hanafi/detikcom)