Menanggapi hal ini, Ketum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, meminta masyarakat untuk bisa membedakan bahasa verbal dengan bahasa simbolik. Sebab, apa yang diutarakan Amien adalah bahasa simbolik.
"Baik tokoh maupun warga masyarakat harus punya klik yang nyambung antara bahasa verbal dan bahasa politik (simbolik)," kata Haedar di kediamannya, di Jalan Sunan Kudus No 1 B, Peleman, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Selasa (17/4/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kadang para politisi maupun tokoh itu kan sering beretorika dengan retorika yang bukan verbal, tetapi simbolik. Nah, retorika verbal dan simbolik itu sering tidak ketemu," ungkapnya.
"Jadi masyarakat menerimanya secara verbal, bahwa setan itu setan beneran. Lalu (masyarakat) memaknainya sebagai kenyataan," lanjutnya.
Haedar melanjutkan, kontroversi yang muncul di tengah-tengah masyarakat hanyalah soal komunikasi politik.
"Jadi problemnya di situ (komunikasi) saja," kata Haedar.
Sebelumnya, Ketua Penasihat Persaudaraan Alumni 212, Amien Rais berbicara tentang partai setan dan partai Allah saat memberikan tausiah. Materi yang disampaikan Amien tersebut menuai kontroversi di tengah masyarakat.
Namun, Amien yang juga mantan Ketum PP Muhammadiyah ini tak membeberkan partai mana yang masuk partai setan. Amien hanya menyatakan yang dimaksudnya adalah cara berpikir, bukan partai dalam konteks politik praktis. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini