Koordinator Aksi Lapangan, Jumadi, dalam orasinya mengatakan, banjir yang kerap terjadi di Sungai Juwana mengakibatkan lahan pertanian warga kerap tergenang air. Imbasnya, panen pertanian menjadi terganggu dan petani merugi.
Massa mendesak agar pemerintah mengalokasikan anggaran untuk normalisasi sungai pada tahun 2019 mendatang. Jika tidak dituruti, meteka mengancam akan golput pada Pemilu 2019.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pemerintah di tingkat kabupaten serta jajaran DPRD kali ini kami beri tugas untuk bisa segera menyampaikan aspirasi kami kepada pemerintah pusat," lanjutnya.
Suprapto, salah seorang petani peserta unjuk rasa menyebutkan, jika sawah miliknya yang berada di Desa Wotan kerap terendam air saat banjir. Lama rendaman itu pun bervariatif, mulai dari dua Minggu hingga lebih dari sebulan.
"Usai masa tandur, tanaman berusia setengah bulan padi milik saya. Setelah direndam air dua sampai tiga Minggu, tanaman sudah rusak. Malah ada yang mati. Lha mau gimana lagi, tinggi tanaman satu meter, banjir sampai 1,6 meter lho," akunya.
Tak jarang, dia bersama petani lain menanggung kerugian hingga miliaran rupiah akibat banjir Sungai Juwana. Petani sekitar hanya mampu memanen gabah yang menghitam dan dijual dengan harga sangat rendah.
Massa sempat bersitegang dengan aparat kemanan setempat. Massa yang ngotot ingin masuk ke dalam kantor menemui pimpinan DPRD, dihalang-halangi petugas. Namun, pada akhirnya perwakilan massa dipanggil untuk beraudiensi di dalam kantor. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini