Desati setiap hari dirawat Jiyem, neneknya, Dukuh Klayutan, Desa Ketitang, Kecamatan Nogosari, Boyolali. Ayahnya, Sugianto, bekerja serabutan. Sedangkan ibunya, Tutik, sudah 2 tahun terakhir menjadi TKI di Malaysia.
Keluarga pun sudah berusaha memeriksakan kondisi Desti ke berbagai rumah sakit yang ada di Solo dan Semarang. Namun, upaya tersebut sampai sekarang belum membuahkan hasil. "Sejak lahir kondisinya memang sudah seperti itu (lumpuh)," kata, Kamis (29/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dulu waktu kecil, tangan dan kali masih bisa bergerak dan bisa diluruskan. Tapi sekarang sudah kaku semua dan menekuk," imbuh Jiyem.
Desti juga tidak bisa duduk sendiri dan jika ingin bergerak harus ada yang membantu menggerakkan. Sehingga praktis, dia tidak bisa apa-apa lagi. Sampai sekarang dia juga tidak bisa berbicara. Jika ingin sesuatu, dia hanya menangis.
Pamannya, Sri Susilo, pernah dicarikan bantuan kursi roda agar Desti bisa diajak keluar rumah. Namun kursi roda itu kini juga menganggur karena kondisi Desti yang semakin tidak memungkinkan.
"Kami pasrah. Saya rawat sebaik-baiknya, semampu saya. Karena ini juga cucu saya, memang harus sabar," tandasnya.
Sementara itu secara terpisah Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Sherly Jeanne Kilapong mengatakan kondisi Desti Ermawati, yang menderita kelumpuhan dimungkinkan mengalami kelainan sejak lahir.
"Untuk mengetahui penyakit yang diderita Desti, harus wawancara dengan orangtuanya. Tapi kemungkinan memang ada kelainan bawaan," katanya.
Selain itu melihat kondisi tubuhnya yang kurus kering, Desti kemungkinan juga menderita gizi buruk dan sudah mengalami kontraktur (kelainan atau "pemendekan permanen" dari otot atau sendi yang terjadi saat jaringan lunak di bawah kulit berkurang kelenturannya dan tidak dapat meregang).
(mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini