Kabid Kesehatan Masyarakat Dinkes Gunungkidul, Kartini menjelaskan, salah satu penyebab tingginya balita stunting di Gunungkidul karena maraknya praktek pernikahan dini.
"Jumlah balita stunting di Gunungkidul masih dalam kisaran angka tersebut (6.200 balita). Penyebab paling banyak karena pernikahan dini," kata Kartini saat dihubungi wartawan, Rabu (14/3/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Balita yang lahir dari pasangan pernikahan dini ini biasanya lahir tidak sempurna dan tumbuhnya lambat. Dimulai ketika lahir hanya memiliki panjang kurang dari 48 cm, kerdil," bebernya.
Kartini menerangkan, wilayah di Gunungkidul yang sering dijumpai kasus balita stunting ada di Kecacmatan Semanu, Rongkop dan Gedangsari. Untuk mengatasi persoalan ini Pemkab Gunungkidul sudah berupaya mengoptimalkan peran puskesmas dan posyandu di desa-desa.
"Selain itu, kami juga melakukan penyuluhan supaya balita stunting diberi ASI eksklusif di usia 0-6 bulan. Usia berikutnya diberi pendamping makanan tambahan. Perhatian kepada ibu hamil agar kebutuhan gizi terpenuhi juga kami lakukan," tutupnya. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini