Bahkan bencana akibat luapan Sungai Sayung Dombo sudah terjadi sejak tiga bulan terakhir. Hingga saat ini, ketinggian air masih mencapai 40-70 cm.
"Banjir ini memang terjadi hampir di tiap tahun. Kami upayakan untuk membuat sabuk desa guna menahan air yang akan masuk ke dalam pemukiman," ujar Natsir kepada wartawan di lokasi banjir, Kamis (15/2/2018).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sungai Sayung Dombo sudah terjadi sedimentasi cukup tinggi. Aliran sungai hanya sekitar 15 meter, sisanya sedimen. Padahal luas sungai 45 meter," paparnya.
Sementara Ahmad Rofii (45) warga Dusun Lengkong, Desa Sayung mengaku banjir kali ini terparah dari tahun-tahun sebelumnya. Hingga saat ini belum ada bantuan.
"Ini paling parah. Biasanya tiap hujan pasti banjir, tapi ini paling parah," kata dia.
Selama tiga hari terakhir, aktivitas warga terhambat. Bahkan warga yang mayoritas petani tidak dapat bekerja di sawah.
"Mulai banjir tiga bulan lalu, tapi parahnya tiga hari ini. Ya, tidak bisa apa-apa karena banjir," lanjutnya.
Bencana banjir melanda di 8 RW di Desa Sayung yakni RW 1 (7 KK), RW 2 (34 KK), RW 3 (205 KK), RW 4 (321 KK), RW 5 (4 KK), RW 6(418 KK), RW 7 (480 KK) dan RW 8 (2 KK). Selain itu banjir juga merendam 2 bangunan sekolah dasar (SD) dan Taman Kanak-kanak (TK). (sip/sip)











































