Banjir tersebut diakibatkan luapan sungai Sayung Dombo. Hal itu lantaran banyak parapet sungai yang bocor dan pintu air yang mengalir ke anak sungai mengalami kerusakan.
Kepala Desa Sayung, Munawir, menuturkan bahwa tiap kali musim hujan, Desa Sayung menjaldi langganan banjir. Hal itu sudah terjadi selama 10 tahun lebih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sudah 3 bulan banjir menggenang tak pernah surut (Foto: Wikha Setiawan/detikcom) |
Bencana banjir seperti itu, kata dia, sudah langganan tiap tahun dan terjadi sejak 10 tahun lebih. Munawir merinci genangan air di desanya melanda di 8 RW, yakni RW 1 (7 KK), RW 2 (34 KK), RW 3 (205 KK), RW 4 (321 KK), RW 5 (4 KK), RW 6(418 KK), RW 7 (480 KK) dan RW 8 (2 KK).
"Banjir sudah terjadi sejak 3 bulan lalu, tapi tidak langsung besar. Paling parah dua hari terakhir. Awalnya hanya ratusan KK yang terdampak, tapi sekarang sudah lebih 1.000 KK dan bisa bertambah lagi karena hujan masih turun," lanjutnya.
Sejauh ini, warga tetap memilih menetap di rumah masing-masing meski harus bergelut dengan air. "Masih tetap di rumahnya masing-masing. Untuk kebutuhan makan, kami buat dapur umum di beberapa dukuh," paparnya.
Selain menggenangi pemukiman, banjir juga melanda sekolah dua gedung SD dan 1 gedung TK di desa setempat. "Ada dua SD yang terendam, tapi masih bisa dibuat belajar-mengajar. Sedangkan satu TK dialihkan di rumah warga," ucap dia.
Sumarno, salah satu warga Desa Sayung, mengaku bencana banjir sudah menjadi masalah yang selalu berulang di desanya. Tiap tahun saat musim hujan, banjir selalu datang. "Kalau sudah banjir aktifitas tidak bisa berjalan normal. Tidak bisa kemana-mana," tandasnya. (mbr/mbr)












































Sudah 3 bulan banjir menggenang tak pernah surut (Foto: Wikha Setiawan/detikcom)