"Nanti saya tangani," kata Didik saat dihubungi detikcom, Kamis (8/2/2018).
Didik menerangkan, pihaknya akan segera mengkonfirmasi ke SD N Kedungmiri, apakah benar ada atau tidak siswanya yang harus menyeberangi sungai memakai ban karet untuk berangkat ke sekolah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Nanti saya konfirmasi ke bidang SD (Disdikpora) untuk detailnya," paparnya.
Dia mengakui memang pangkal permasalahan di Kedungmiri adalah soal fasilitas jalan. Apalagi jembatan gantung yang menghubungkan Desa Selopamioro dengan Desa Sriharjo terputus akibat luapan Sungai Oya akhir November 2017 lalu.
![]() |
Oleh sebab itu, lanjut Didik, pihaknya akan berkoordinasi dengan instansi yang menangani bidang infrastruktur. Untuk memastikan kapan jembatan gantung yang rusak tersebut diperbaiki.
"Karena solusinya ini juga menyangkut fisik (infrastruktur)," paparnya.
Terkait sikap siswa yang menolak pindah sekolah, menurut Didik pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Apalagi keputusan memindahkan tempat belajar juga menyangkut beban psikologi si siswa.
"Pada tingkat yang paling kritis kami mempertimbangkan kondisi siswa. Cuma saja kalau nanti harus (tetap menyeberang), mohon nanti (pihak sekolah) bisa mempermaklumkan kalau sampai anak-anak itu terlambat," sebutnya.
"Coba nanti tak (saya) carikan solusi untuk sementara," lanjutnya. (sip/sip)