Para suporter tersebut ditangkap aparat Polresta Surakarta pada Sabtu (3/2/2018). 11 bocah ditangkap pada pagi hari, sedangkan sisanya pada siang hari.
Kapolda Jawa Tengah, Irjen Pol Condro Kirono, mengatakan polisi tidak melakukan tindakan tegas lantaran usia para suporter masih anak-anak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia juga mengimbau agar peristiwa tersebut menjadi pembelajaran bagi koordinator suporter dan penyelenggara pertandingan. Dia berharap para suporter semakin tertib saat mendukung tim jagoannya.
"Coba kita wujudkan suporter seperti pertandingan timnas, semua kelompok suporter kompak, bersaudara. Ini saran agar industri sepak bola semakin hidup, agar Indonesia semakin diperhitungkan di Asia Tenggara, Asia bahkan internasional," ujarnya.
![]() |
Sementara Ketua Steering Committee Piala Presiden 2018, Maruarar Sirait, mengapresiasi langkah kepolisian yang melakukan pembinaan kepada para suporter yang masih bocah.
"Kami bangga atas keputusan Kapolda untuk melakukan pembinaan. Bayangkan usia 13 tahun, anak kelas 6 SD, bawa senjata. Ini juga harus menjadi perhatian orang tua," katanya.
Dia mengakui persoalan suporter memang harus dibenahi secara terus-menerus. Penyelenggara pertandingan pun harus selalu mengingatkan untuk bersikap sportif.
"Pesan pak presiden olahraga harus fair play termasuk suporter, salah satunya yang paling berat menerima kekalahan. Menang jangan berlebihan, kalah jangan melakukan tindakan melawan hukum," katanya. (bgs/bgs)