Mengenang Nama Sujud Kendang, Seniman Jalanan Fenomenal di Yogya

Mengenang Nama Sujud Kendang, Seniman Jalanan Fenomenal di Yogya

Usman - detikNews
Selasa, 16 Jan 2018 09:01 WIB
Sujud kendang dan kendang kesayangannya. Foto: Usman Hadi
Yogyakarta - Seninam jalanan atau pengamen yang khas dengan kendang tunggalnya, Sujud Kendang tutup usia. Nama seninam tersebut amat familiar di telinga masyarakat Yogyakarta. Lalu, apa sebenarnya penyebab nama Sujud begitu fenomenal bagi warga Yogyakarta?

Sosiolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Soeprapto menerangkan, ada beberapa faktor pemicu nama seseorang dikenal publik. Pertama karena legitimasi masyarakat, kemudian karena kekuatan yang dimilikinya dalam mempengaruhi banyak orang atau faktor dominan power.

"Nah, itu kan keahlian memainkan kendang tidak dimiliki oleh banyak orang, sehingga begitu dia bisa memainkannya dan juga bertahan, maka dia akan menjadi mudah dikenal orang dan terlegitimasi oleh banyak orang," kata Soeprapto saat dihubungi detikcom, Selasa (16/1/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang dulunya musik kendang tidak begitu dikenali masyarakat Yogyakarta. Tiba-tiba muncul Sujud Kendang sekitar tahun 70-an yang aktif memainkan kendangnya dari satu kampung ke kampung lainnya. Permainan musik kendang yang dimainkan Sujud menjadi perhatian warga kala itu.

"Walaupun sebenarnya tidak terlalu baik pun atau tidak terlalu hebat pun, tetapi karena orang menyukai, spesifikasi itu lah yang kemudian mengangkat dia menjadi (terkenal). Apalagi diikuti dengan lirik-lirik yang dilakukan (pelesetan) dan itu tidak semua orang melakukannya," ungkapnya.

Karena berbagai faktor tersebut, lanjut Soeprapto, nama Sujud Kendang melejit. Terlebih musik kendang yang dibawakannya disukai oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Sebab, musik kendang dianggap bisa menghibur kelelahan masyarakat kelas bawah ini.

"Pukulan kendang itu kan untuk merefresh keletihan fisik. Siapa sih sebetulnya yang lebih banyak mengalami keletihan fisik itu? Adalah orang-orang pada lapisan menengah ke bawah. Sementara musik jazz itu adalah musik yang merefresh keletihan pikir," paparnya.

"Orang yang mengalami keletihan pikir biasanya orang yang berada di lapisan menengah ke atas. Oleh karena itu lah mengapa kendang itu kemudian pada awalnya dikonsumsi oleh masyarakat lapisan menengah ke bawah," lanjutnya.

Sementara, lanjut Soeprapto, dulu keahlian memainkan musik kendang terlebih kendang tunggal tidak banyak dimiliki masyarakat. Kemudian Sujud datang menawarkan jasanya, dengan cara masuk ke kampung-kampung yang ada di Yogyakarta.

"Untuk saat ini kita belum tahu apakah akan ada orang yang sepopuler seperti beliau. Tetapi suatu saat pasti akan muncul. Apalagi sekarang ketika orang tahu bahwa kepergian beliau kemudian disambut dalam artian banyak pihak yang kehilangan," jabarnya.

"Saya yakin bahwa kemudian penghargaan seseorang, apresiasi masyarakat kepada musik kendang akan muncul. Ketika itu (musik kendang) diminati pasti akan ada (pengganti Sujud)," pungkas dia.

Kini Sujud Kendang telah tiada. Dia meningga dunia, Senin (15/1) setelah sempat beberapa kali masuk rumah sakit usai menjalani operasi batu empedu. (sip/sip)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads