"Kalau di dunia sastra ada 10 kontribusi, ya Darmanto satu, Taufiq Ismail satu, Chairil Anwar dua, kira-kira begitulah. Dan dari 300 juta orang pilihan 10 itu, (Darmanto) satu di antara 10. Kan gede banget."
Pendapat Cak Nun ini disampaikannya di sela-sela diskusi 'Mengembalikan Reformasi yang Kita Mau' di University Club Universitas Gadjah Mada (UC UGM), Senin (15/1/2018) siang. Diskusi ini sekaligus untuk memperingati 44 tahun peristiwa Malari 1974.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cak Nun melanjutkan bahwa kelak dia akan menjadi saksi kebaikan Darmanto semasa hidupnya. Sosok Darmanto, menurutnya, adalah orang yang penyayang, ramah dan baik kepada sesama.
"Saya hidup untuk Tuhan dan saya mencatat diri saya untuk lapor sama Tuhan. Mas Darmanto, Rendra dan siapa pun saja, saya ikut mencatatkan dan melaporkan ke Tuhan," paparnya.
Baca juga: Kenangan Penyair Darmanto Jatman di Mata Sang Putra
Cak Nun lalu menceritakan jasa Darmanto terhadap dirinya. Salah satunya, pernah pada suatu ketika di tahun 1972, Cak Nun jatuh sakit. Saat itu Darmanto membukakan pintu rumahnya yang ada di kawasan Tamansiswa Kota Yogyakarta, untuk menampung Emha.
Waktu itu Emha belum memiliki tempat tinggal. Selama lima tahun, antara tahun 1970-1975 dia banyak menghabiskan hidupnya di trotoar Jalan Malioboro. Dengan keterbatasannya ini Darmanto datang dan bersedia mengapung Cak Nun.
"Hutang pribadi, karena waktu itu saya menggelandang di Malioboro, 5 tahun tidak punya rumah, ora duwe dhuwit (tidak punya uang), ora duwe apa-apa (tidak punya apa-apa). Ketika sakit kan tidak mungkin opname di Malioboro, di pinggir jalan," kenang Emha.
"Andaikan ternyata kelak saya lulus masuk surga dan mendapat jatah rumah tidak terlalu kecil, dengan halaman depan dan samping yang cukup luas, serta kebun buah di belakang rumah, insyaallah akan saya bangun Paviliun di sisi kanan rumah saya untuk Mas Darmanto Jatman," lanjutnya membuat pengandaian.
Namun demikian, Emha tetap memberikan nilai objektif untuk sahabatnya itu. "Dia punya banyak kelemahan sebagaimana semua orang punya kelemahan. Tetapi dia santun, dia sayang sama adik-adik generasi sastranya, dia mengapresiasi semuanya, tidak fanatik dengan perbedaan agama. Dia baik lah," pungkas dia. (mbr/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini